Eksagerasi dalam Iman: Penghormatan kepada Maria dalam Terang Misteri Inkarnasi
Banyak orang, terutama dari tradisi Protestan, menganggap bahwa umat Katolik melebih-lebihkan penghormatan kepada Maria. Mereka menilai devosi kepada Bunda Maria sebagai sesuatu yang tidak rasional dan berlebihan. Namun, dalam perspektif iman Katolik, penghormatan kepada Maria bukanlah eksagerasi yang berlebihan, tetapi sebuah ekspresi cinta yang mendalam, yang sejalan dengan hakikat iman itu sendiri.
Eksagerasi dalam Cinta sebagai Ekspresi Iman
Dalam kehidupan manusia, eksagerasi sering kali menjadi bagian dari ungkapan cinta yang otentik. Seorang kekasih yang mengatakan kepada pasangannya, "Aku tak bisa hidup tanpamu", mungkin tidak berbicara dalam arti literal, tetapi dalam arti simbolik yang menunjukkan kedalaman kasihnya. Begitu pula, penghormatan kepada Maria bukanlah bentuk penyembahan yang berlebihan, tetapi ekspresi cinta yang meluap terhadap ibu rohani yang memiliki peran istimewa dalam sejarah keselamatan.
Gereja Katolik membedakan antara latria (penyembahan kepada Allah), dulia (penghormatan kepada para santo), dan hyperdulia (penghormatan tertinggi kepada Maria). Dengan demikian, penghormatan kepada Maria tidak pernah dimaksudkan untuk menggantikan atau menyaingi penyembahan kepada Tuhan, tetapi justru memperdalam pemahaman akan misteri keselamatan yang Allah kerjakan melalui-Nya.
Maria dalam Terang Misteri Inkarnasi
Misteri Inkarnasi—di mana Sabda menjadi daging dalam rahim Perawan Maria—menjadi dasar teologis dari penghormatan Katolik kepada Maria. Allah yang tak terbatas memilih untuk mengambil daging manusia melalui Maria, menunjukkan bahwa hubungan antara manusia dan Tuhan bukanlah hubungan yang kaku atau sekadar rasional, tetapi juga relasional dan penuh kasih.
Inkarnasi bukan sekadar peristiwa teologis, tetapi sebuah realitas yang menegaskan bahwa iman kita mencakup seluruh keberadaan kita—jiwa dan raga, akal dan emosi, logika dan simbolisme. Dalam konteks ini, penghormatan kepada Maria tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang berlebihan, tetapi sebagai wujud nyata dari cinta yang manusiawi terhadap ibu dari Tuhan kita.
Kesederhanaan vs. Kekayaan Ekspresi Iman
Dalam tradisi Protestan, ada kecenderungan untuk menekankan kesederhanaan dalam beriman, dengan penolakan terhadap bentuk-bentuk devosi yang dianggap tidak memiliki dasar eksplisit dalam Kitab Suci. Pendekatan ini sering kali bersifat rigor dan mengabaikan aspek afektif dan simbolik dari iman. Sebaliknya, iman Katolik memahami bahwa manusia bukan hanya makhluk rasional, tetapi juga makhluk simbolik dan afektif. Oleh karena itu, liturgi yang indah, ikonografi, doa Rosario, dan penghormatan kepada Maria adalah sarana yang sah untuk mengekspresikan kasih kepada Tuhan.
Eksagerasi dalam cinta ilahi, seperti yang terlihat dalam devosi kepada Maria atau dalam ekspresi mistik para santo, menunjukkan bagaimana iman menyentuh seluruh aspek keberadaan manusia. Jika manusia bisa mengekspresikan cinta duniawi dengan berlebihan, mengapa cinta kepada Tuhan dan orang-orang kudus-Nya tidak bisa diekspresikan dengan cara yang sama?
Kesimpulan: Eksagerasi yang Mewartakan Kasih
Penghormatan kepada Maria bukanlah bentuk eksagerasi yang tidak rasional, tetapi justru ungkapan kasih yang selaras dengan misteri Inkarnasi. Allah sendiri tidak bertindak secara minimalis dalam karya keselamatan-Nya, tetapi secara radikal mencintai manusia dengan menjadi manusia dalam Yesus Kristus. Dalam terang misteri ini, penghormatan yang meluap kepada Maria bukanlah sesuatu yang berlebihan, tetapi justru mencerminkan sifat cinta ilahi yang selalu lebih besar daripada apa yang dapat kita bayangkan.
Maka, seperti yang dikatakan Maria dalam Magnificat, "Sebab sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia" (Luk 1:48). Penghormatan kepada Maria adalah bagian dari kasih yang meluap kepada Tuhan, karena melalui dia, Sang Sabda menjadi daging dan diam di antara kita.
0 komentar:
Posting Komentar