Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Senin, 18 Februari 2013

Doa Bapa Kami: Sebuah Doa yang Agung dan Indah

Ada dua hal yang menghambat hubungan manusia dengan Tuhan: gambaran yang buruk tentang diri dan gambaran yang buruk tentang Tuhan. Dalam konteks yang seperti ini, sekalipun seseorang menyebut Allah sebagai Bapa, dia akan tetap menjaga jarak, karena adanya semacam ketakutan bawah sadar akan Allah. Karena adanya penjarakan ini orang itu tak pernah mengalami belaskasih dan kemurahan Allah sebagaimana dinyatakan melalui doa yang diajarkan Yesus.

Yesus meminta kita untuk menyapa Allah dengan, ”Bapa Kami yang ada di surga”, lalu mengemukakan kepadanya segala kebutuhan kita. Yesus mau kita mengawali doa kita ini dengan kepentingan Tuhan sendiri: Namanya, Kerajaannya, Kehendaknya sehingga dengan demikian permohonan kita tidak menjadi egosentrik – berpusat pada diri sendiri.


Tentang Doa ini, Kompendium KGK menulis sbb:
Doa Tuhan terdiri dari tujuh permohonan kepada Allah Bapa. Tiga yang pertama lebih teologal,membawa kita kepada Allah,untuk Kemuliaan-Nya:Itulah ciri khas cinta yakni pertama-tama mereka yang dicintai. ketiga Permohonanyang pertama ini menyarankan apa yang seharusnya secara khusus kita mohon kepada-Nya: pengudusan nama-Nya, kedatangan Kerajaan-Nya, dam terlaksana kehendak-Nya. Keempat permohonan yang terakhir mempersembahkan kepada Bapa yang maharahim, kemalangan dan harapan kita. Yang dimohon dari-Nya ialah: memberi rezeki, mengampuni kita,serta menopang kita dalam pencobaan, dan membebaskan kita dari yang jahat. [587]

Doa Bapa Kami merupakan ”ringkasan dari seluruh Injil” (Tertullianus), “doa yang sempurna” (Santo Thomas Aquinas). Doa yang ditempatkan tengah-tengah Khotbah di Bukit (Mat 5-7) ini menyajikan inti esensial Injil dalam bentuk doa. Doa Bapa Kami disebut “Oratio Dominica”, yaitu Doa Tuhan, karena doa ini telah diajarkan kepada kita oleh Tuhan Yesus sendiri.[579-580]

Karena diajarkan oleh Yesus sendiri tentu saja Bapa Kami adalah Firman Tuhan sendiri. Tentang Firman Allah, Nabi Yesaya berkata: Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya [55:11-12]

Hal ini berarti kalau kita berdoa Bapa Kami, sebenarnya kita sedang mengakses/ memegang suatu kekuatan yang perkasa. Ada jaminan bahwa Allah akan menganugerahi kita kebutuhan-kebutuhan mendasar kita, dia akan mengampuni kita sebagaimana kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita, dan tidak akan menguji kita melampaui ketahanan kita.

Agar supaya Doa Bapak Kami menjadi sungguh berdaya guna, dari pihak kita, perlu ada iman bahwa Allah adalah benar-benar Bapa kita. Benar, bahwa kita adalah anak-anak angkat Allah. Namun perihal pengangkatan ini bukan suatu perkara hukum. Hubungan antara anak angkat dan orangtua angkat [manusiawi] bisa diusahakan sedemikian rupa sehingga si anak mampu mengalami hal yang sama dengan anak kandung; namun bagaimanapun juga tetaplah BUKAN anak kandung. Dipaksa bagaimanapun tidak bisa.

Sementara “adopsi” dalam hubungan Allah dengan kita, berbeda dengan orangtua asuh manusiawi. Kita ini memang benar-benar anak Allah. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

Kita dapat menyapa Allah sebagai "Bapa", karena Putera-Nya yang menjadi manusia telah mewahyukan-Nya kepada kita dan karena Roh-Nya memperkenalkan-Nya kepada kita. Kita percaya, bahwa Yesus adalah Kristus dan bahwa kita dilahirkan dari Allah (bdk 1 Yoh 5:1). Dengan demikian Roh Putera mengikutsertakan kita dalam hubungan pribadi Putera dengan Bapa-Nya (bdk Yoh 1:1). Manusia tidak dapat membayangkan itu, malaikat tidak dapat menduganya.

Karena terlalu sering didoakan "di luar kepala", keagungan dan keindahan doa "Bapa Kami" mungkin sudah "dilupakan" oleh sebagian besar anggota Gereja. Untuk itu baiklah kita berusaha mendoakannya dengan penuh penghayatan iman. Sebab doa yang baik adalah doa yang diucapkan bukan hanya dengan "bahasa roh", tetapi juga dengan "akal budi" (bdk 1 Kor 14:15). Dan doa yang lahir dari iman dan dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya (bdk Yak 5:15-16). Jika demikian, mengapa doa "Bapa Kami" yang diajarkan sendiri oleh Sang Juruselamat disia-siakan? Adakah doa yang lebih agung dan indah daripada doa "Bapa Kami"?!

Semoga!

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget