Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Kamis, 20 Maret 2014

Sejarah Gereja Kupang, Gereja Katolik Awal Abad XX

Pakaian tradisional Rote
Secara umum, memasuki abad XX, perkembangan Gereja Katolik memperlihatkan tanda-tanda yang menggembirakan. Bagi wilayah Keuskupan Agung Kupang, justru sebaliknya. Pada tahun 1900 pemerintah Belanda menegaskan lagi mengenai pembagian wilayah kerja misi dan zending. Penegasan tersebut berisi: pulau Flores dan daerah kepulauannya diserahkan kepada misi katolik. Zending mendapat dua daerah di Pulau TImor Belanda yakni Kupang, Timor Tengah Selatan, di samping Pulau Sabu, Rote, Alor Pantar dan Pulau Sumba.

Dekade II abad XX, karya misi di pulau Timor diserahkan kepada Serikat Sabda Allah (SVD). Hal ini terjadi pada tahun 1913. Pada tahun yang sama, pulau TImor menjadi Prefektur Apostolik Kepulauan Sunda Kecil (1913-1920). Berbagai kesulitan yang timbul sebagai akibat dari perang dunia pertama di Eropa, menyebabkan pemerintah Hindia Belanda memberikan beberapa kemudahan kepada gereja Katolik. 

Kemudahan tersebut antara lain:
1. Pemerintah Hindia Belanda memperkenankan misi katolik mengelola pendidikan dan memberikan bantuan finansial. Hal serupa telah dilaksanakan pada tahun 1913 melalui Flores-Sumba Contract/regeling.
2. Pada 5 Februari 1916 Asisten Residen Gramberg mengumumkan bahwa pemerintah (Belanda) memberikan izinan bagi Gereja Katolik untuk berkarya di wilayah Onderafdeling Kupang, Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara.
3. Pada tanggal 12 Maret 1920 status Prefectur Apostolik ditingkatkan menjadi Vicariat Apostolik. 

Didasari pada pengumuman pemerintah tahun 1916 di atas, dalam status Vikariat Apostolik, secara perlahan-lahan Gereja Katolik dengan agak leluasa dikembangkan di Kupang dan TTS. Gereja Bonipoi (sekarang Katedral) mulai dibangun pada tahun 1922. Dekenat Timor dibentuk pada tahun 1927. Pelayanan pastoral dari Kupang ke Soe (TTS) mulai dilakukan dengan lebih teratur oleh P Jan Pessers, SVD sejak tahun 1932.

Langkah-langkah perkembangan Gereja Katolik semakin cerah sejak tahun 1935. Gubernur jenderal Hindia Belanda, De Jonge pada tahun 1935 menyatakan dukungan serta pengesahan terhadap pengumuman tahun 1916 yang mencakup izinan bagi Gereja Katolik berkarya di Kupang, TTS dan TTU. Gereja Katolik Soe mulai dibangun pada tahun 1937. Vikariar Apostolik Timor dibentuk pada tahun 1936/1937 dengan vikaris pertama Pater Yakobus Pessers (16 Juni 1937). Pater Heinrich Schrouder dibenum sebagai pastor pertama yang menetap di Kupang.

Kupang menjadi pusat misi katolik bagi daerah-daerah sekitarnya. Gedung gereja dikembangkan pada tahun 1936 dan dipergunakan untuk berbagai kegiatan. Di tengah suasana kalut menjelang perang dunia kedua, Residen di Kupang mengeluarkan lagi izinan resmi terhadap pembukaan stasi-stasi misi katolik di Kupang, Timor tengah Selatan, Alor-Pantar, Sabu dan Rote. Dalam situasi yang sama pada tahun 1939 sejumlah besar orang Timor Tengah Selatan menerima baptisan sebagai Katolik. Selanjutnya keadaan menjadi semakin tak menentu hingga pasukan Jepang mendarat pada tanggal 20 Februari 1942.**

*Bersambung ke bagian 3: 
Dikutip dari Mgr Gregorius Monteiro, SVD, Lintasan Sejarah Keuskupan Agung Kupang dalam Memoir Uskup Keuskupan Agung Kupang, 1997

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget