Sejarah Gereja Kupang, Masa Keuskupan Agung Kupang
Tahta Suci pada 3 Juni 1961 memberikan status hirarchi kepada Gereja Katolik Indonesia melalui dekrit Acta Apostolica Sedis no LIII/61.
Kupang, Alor, TTS masuk dalam wilayah keuskupan Atambua, dibawah Keuskupan Agung Ende. Dalam kaitan dengan status tersebut, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan SK no. 89/1995. Nomor 5 dari diktum tersebut menandaskan:
Kupang, Alor, TTS masuk dalam wilayah keuskupan Atambua, dibawah Keuskupan Agung Ende. Dalam kaitan dengan status tersebut, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan SK no. 89/1995. Nomor 5 dari diktum tersebut menandaskan:
Keuskupan Agung Ende meliputi wilayah bekas vikariat apostolik Ende, Keuskupan Larantuka (bekas vikariat apostolik Larantuka), Keuskupan Ruteng (bekas vikariat apostolik Ruteng), keuskupan Atamabua (bekas vikariat apostolik Atamabua) Keuskupan denpasar (bekas prefektur apostolik Denpasar) dan Prefektur apostolik Weetebula.
Hirarki merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan, sekaligus merupakan suatu tantangan yang mendorong segenap umat Katolik Indonesia untuk meningkatkan tanggungjawab terhadap Gerejanya. Dengan hirarki nama misi mulai dihapuskan menjadi gereja setempat atau gereja lokal.
Sejak mendapatkan status hirarki hingga terbentuknya keuskupan Agung Kupang terjadi perkembangan teritorial dan kategorial. Beberapa buah stasi dan paroki baru dibentuk. Stasi Buraen-Amarasi dibentuk pada 1965 dengan pelindung St Yohanse Pemandi. Camplong dibentuk pada 1967 dibawah perlindungan Yosepf Freinademetz. Paroki Arnoldus Janssens dibentuk pada 1965 untuk wilayah Niki-niki. Paroki St maria Immaculata Kapan dibentuk pada 1967. Demikian halnya dengan Paroki St Paulus Oinlasi dan St Columba Putain.
Pembinaan kategorial keluarga katolik diawali dengan sistem kartu keluarga Katolik. Namun pembinaan pastoral ketegorial yang sistematis dan maksimal tidak dapat dijalankan. Hal ini disebabkan oleh kondisi sosial politik menjelang G30S/PKI. Segala sektor kegiatan dipengaruhi suasana politik. Penduduk diadudomba antara kelompok dan golongan. Umat katolik yang masih merupakan golongan minoritas memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi. Dalam mempertahankan eksistensinya mereka sering melakukan tindakan-tindakan dengan pengorbanan penuh. Setelah keadaan pulih sesudah G30S/PKI gereja Katolik mulai berbenah diri mengikuti derap langkah pembangunan nasional.
Perkembangan ini berlangsung hingga terbentuknya Keuskupan Kupang pada tahun 1967. Peningkatan status ini dikukuhkan melalui sebuah keputusan yang dikeluarkan Serikat Propaganda Fide di Roma no. 2684/1967 tertanggal 13 April 1967. Saya (Mgr Monteiro) yang ketika itu bertugas sebagai rektor Seminari Pius XII Kisol, Manggarai ditunjuk takhta suci sebagai Uksup Diosis Kupang pertama. Saya ditahbiskan menjadi Uskup Kupang pada tanggal 15 Agustus 1967 oleh yang Mulia Mgr Gabriel Manek, SVD Uskup Agung Ende.
Pada tahun 1989 Keuskupan Kupang menjadi Keuskupan Agung Kupang.
Catatan: perkembangan sejarah setelah menjadi Keuskupan Agung Kupang sementara disiapkan oleh Tim Khusus dalam rangka Perayaan 25 tahun Keuskupan Agung Kupang, 2014.
Catatan: perkembangan sejarah setelah menjadi Keuskupan Agung Kupang sementara disiapkan oleh Tim Khusus dalam rangka Perayaan 25 tahun Keuskupan Agung Kupang, 2014.
0 komentar:
Posting Komentar