MINGGU BIASA XVII/A MENDENGARKAN FIRMAN TUHAN
Injil hari ini merupakan kelanjutan langsung dari Injil hari Minggu lalu dimana Yesus ditanyai oleh para pemimpin agama Yahudi mengenai sumber otoritas pengajaran-Nya. Setelah menolak menjawab pertanyaan mereka, Yesus menceritakan perumpamaan dua anak laki-laki dan kemudian mengkritik para imam dan tua-tua karena kurangnya kepercayaan mereka kepada Yohanes Pembaptis.
Dalam Injil hari ini, Yesus sekali lagi berbicara kepada para imam dan tua-tua dengan sebuah perumpamaan. Dalam perumpamaan ini, pemilik tanah menyewakan kebun anggurnya kepada para penggarap dan mengutus hamba-hambanya untuk menagih bagian hasil panen yang harus dibayar oleh penggarap tersebut. Beberapa kali para pelayan diutus untuk menagih pembayaran, dan setiap kali mereka dipukuli dan dibunuh oleh para penggarap. Akhirnya, pemilik tanah mengirim putranya untuk mengambil uang sewanya. Para penggarap, percaya bahwa mereka akan mewarisi kebun anggur jika pemilik tanah meninggal tanpa ahli waris, membuat plot bersama dan membunuh putra pemilik tanah.
Setelah menceritakan perumpamaan tersebut, Yesus bertanya kepada imam-imam kepala dan tua-tua tentang apa yang akan dilakukan pemilik tanah terhadap penggarap yang jahat. Mereka semua sepakat bahwa pemilik tanah akan membunuh penggarap yang jahat dan memberikan tanah tersebut kepada penggarap baru yang akan membayar sewa.
Dalam menceritakan perumpamaan ini, Yesus dengan jelas mengacu pada Yesaya 5:1-7, yang merupakan bacaan pertama hari ini dan pasti sudah diketahui dengan baik oleh para imam dan tua-tua. Oleh karena itu, Yesus tidak perlu menjelaskan simbolisme perumpamaan tersebut; orang-orang Farisi pasti paham bahwa kebun anggur melambangkan Israel, pemilik tanah melambangkan Tuhan, para hamba melambangkan para nabi, dan penggarap yang tidak baik melambangkan para pemimpin agama. Namun Yesus tetap menjelaskan arti perumpamaan itu kepada para pendengarnya: Kerajaan Allah akan diambil dari orang-orang yang tidak percaya dan diberikan kepada orang-orang yang setia. Imam-imam kepala dan tua-tua mengutuk diri mereka sendiri dengan jawaban mereka terhadap pertanyaan Yesus.
Injil hari ini ada persamaannya dengan Markus 12:1-12. Namun ada beberapa perbedaan penting. Dalam versi Matius, para pemimpin agama mengutuk diri mereka sendiri; dalam Injil Markus, Yesus menjawab pertanyaannya sendiri. Matius menyebut para pemimpin agama itu sebagai orang Farisi dan imam kepala. Jelas sekali Injil ini menunjukkan ketegangan yang memuncak antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi yang menganggap pesannya berbahaya. Injil Matius ditulis sekitar 70 tahun setelah kematian Yesus dan mencerminkan konflik dan ketegangan yang terdapat dalam komunitas Kristen yang menjadi tujuan penulisan Injil Matius. Banyak ahli Alkitab percaya bahwa ketegangan antara komunitas Matius dan tetangga Yahudi mereka juga terdengar dalam bacaan hari ini.
Injil ini mengingatkan kita akan pentingnya mendengarkan firman Tuhan. Allah berbicara kepada kita dalam banyak cara—melalui Kitab Suci, melalui tradisi Gereja kita, dalam ajaran Gereja kita, dan melalui para nabi zaman modern. Apakah kita memperhatikan dan menerima firman Tuhan kepada kita melalui para utusan ini?
0 komentar:
Posting Komentar