Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Senin, 28 Oktober 2024

Indiferentisme: Apologi Bertrand Conway terhadap Kebenaran Agama



Di era di mana perpaduan lanskap budaya dan spiritual sering mengarah pada pandangan homogen tentang keyakinan agama, konsep indiferentisme/ ketidakpedulian — gagasan bahwa semua agama sama dalam nilai dan kebenaran — telah mendapatkan daya tarik. Namun, perspektif ini, sementara mempromosikan toleransi dan koeksistensi, menimbulkan pertanyaan teologis dan filosofis yang mendalam. Father Bertrand L. Conway, seorang tokoh terkemuka dalam apologetika Katolik, menawarkan tandingan yang meyakinkan terhadap indiferentisme dalam pemeriksaan kritisnya, "Indifferentisme, Heresi bahwa Semua Agama Sama: Konsekuensi dari Heresi Iman Saja Martin Luther." “Indifferentism, the Heresy that All Religions are Equal: A Consequence of Martin Luther’s Heresy of Faith Alone.”

Karya Conway adalah penyelaman mendalam ke dalam implikasi teologis dari ketidakberdayaan dan menelusuri akarnya ke pergeseran seismik yang dibawa oleh Reformasi Protestan, terutama melalui doktrin Martin Luther tentang sola fide, atau pembenaran oleh iman saja. Conway berpendapat bahwa prinsip dasar Protestantisme ini secara tidak sengaja meletakkan dasar bagi pendekatan relativistik terhadap kebenaran agama, yang dapat mengarah pada kesimpulan bahwa prinsip-prinsip spesifik dari iman seseorang adalah sekunder dari iman umum pada yang ilahi.

Inti Argumen Conway

Inti dari kritik Conway adalah pembelaan doktrin Katolik sebagai jalan tunggal menuju kebenaran spiritual, sebuah sikap yang secara inheren menantang premis indiferentisme. Conway berpendapat bahwa indiferentisme melemahkan esensi keyakinan agama dan keharusan untuk berpegang pada kebenaran doktrinal. Dia berpendapat bahwa sudut pandang seperti itu tidak hanya merusak iman Katolik tetapi juga mengurangi integritas semua tradisi agama dengan menyarankan bahwa doktrin, ritual, dan ajaran yang berbeda dari setiap agama dapat dipertukarkan dan pada akhirnya tidak penting.

Konsekuensi dari Warisan Luther

Conway dengan cermat menghubungkan titik-titik antara penekanan Luther pada iman saja dan munculnya indiferentisme. Dia menyarankan bahwa dengan mereduksi hubungan kompleks antara orang percaya dan yang ilahi – menjadi masalah iman individu, tanpa kebutuhan untuk keselarasan nstitucional atau doktrinal, Luther secara tidak sengaja membuka pintu ke bentuk relativisme spiritual. Dalam pandangan Conway, pergeseran ini memiliki implikasi yang mendalam, yang mengarah ke lanskap di mana identitas agama dan kepatuhan pada ajaran tertentu menjadi sekunder dari rasa afinitas spiritual yang samar-samar.

Membela Doktrin dan Mencela Relativisme

Apologi Conway terhadap Katolik bukan hanya kecaman terhadap Protestantisme atau kepercayaan agama lainnya, tetapi kritik yang lebih luas terhadap kecenderungan relativistik modernitas. Dia memperjuangkan perlunya kesetiaan doktrinal, dengan alasan bahwa kebenaran iman Katolik bukan hanya masalah preferensi subjektif tetapi didasarkan pada wahyu ilahi dan otoritas gerejawi. Sikap ini menantang perspektif acuh tak acuh dengan menegaskan bahwa kebenaran dalam masalah iman tidak hanya dapat diketahui tetapi juga penting untuk keselamatan.

Panggilan untuk Discernment

Dalam eksplorasinya tentang indiferentisme, Conway tidak mengabaikan nilai dialog antaragama atau pentingnya menghormati beragam keyakinan agama. Sebaliknya, dia menyerukan kearifan – evaluasi yang bijaksana terhadap kebenaran agama yang melampaui toleransi belaka untuk terlibat dengan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang iman, keselamatan, dan wahyu ilahi. Karyanya berfungsi sebagai pengingat akan kedalaman dan keseriusan keyakinan agama yang secara historis telah didekati dan bahaya menguranginya menjadi penyebut umum terendah dari spiritualitas generik.

Kesimpulan

Kritik Bertrand L. Conway terhadap indifferentisme adalah apologi yang kuat terhadap iman Katolik dan kisah peringatan tentang implikasi relativisme agama. Karyanya menantang kecenderungan kontemporer untuk mengaburkan batas antara tradisi agama yang berbeda atas nama inklusivitas dan toleransi. Dengan menelusuri akar ketidakpedulian kembali ke Reformasi, Conway mengundang pembaca untuk merenungkan pentingnya integritas doktrin dan pencarian abadi akan kebenaran spiritual di dunia yang pluralistik. Dengan demikian, ia memberikan perspektif berharga tentang dialog yang sedang berlangsung antara tradisi iman dan pencarian titik temu dalam lanskap keagamaan global yang semakin saling berhubungan.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive