Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Rabu, 12 Juli 2023

MINGGU BIASA XIV/A: MELEPASKAN BEBAN KITA


Di bagian bawah patung liberti di Amerika tertulis sebagian dari puisi Emma Lazarus: “Beri aku lelahmu, miskinmu, massamu yang meringkuk rindu untuk bernapas lega…. Kirimkan ini, para tunawisma yang dilemparkan kepadaku.” Bacaan hari ini, khususnya Injil, menyampaikan pesan yang sama dengan cara yang lebih ampuh: “Pikullah kuk yang Kupasang … dan jiwamu akan mendapat ketenangan..

Dalam bacaan pertama, nabi Zakharia menghibur orang-orang Yahudi yang tinggal di Palestina di bawah pemerintahan Yunani, menjanjikan mereka Raja perdamaian Mesianik yang “lemah lembut” yang menunggang keledai, yang akan memberi mereka istirahat dan kebebasan. Mazmur Tanggapan (Mzm 145) memuji dan berterima kasih kepada Tuhan yang baik hati dan penuh kasih sayang yang “menegakkan orang-orang yang tertunduk” di bawah kuk yang berat.

Dalam bacaan kedua, Paulus memberi tahu komunitas Kristen abad pertama di Roma tentang dua kuk, yaitu "daging" dan "Roh", dan dia menantang mereka untuk menolak kuk daging yang berat dan mematikan dan menerima kuk yang ringan dari Roh Yesus. Spiritualitas Kristiani, menurut Paulus, berasal dari inisiatif Roh Kudus dan berarti hidup dalam alam "Roh" sebagai lawan dari "daging".

Dalam Injil, Yesus menawarkan kelegaan kepada mereka yang “bekerja keras dan berbeban berat” jika mereka mau menerima “kuk yang mudah dan beban yang ringan.” Dengan menyatakan bahwa "kuknya ringan", maksud Yesus adalah bahwa apa pun yang Allah kirimkan kepada kita dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita dengan tepat. Bagian kedua dari pernyataan Yesus adalah: “Bebanku ringan.” Yesus tidak memaksudkan bahwa beban itu mudah untuk dibawa, tetapi beban itu diletakkan di atas kita dalam kasih, bahwa beban itu dimaksudkan untuk dipikul dalam kasih, dan bahwa kasih membuat beban yang paling berat sekalipun menjadi ringan.



1) Kita perlu melepaskan beban kita kepada Tuhan. “Pembongkaran” ini adalah tujuan utama dari doa pribadi dan keluarga kita dan merupakan salah satu fungsi Ibadah Ilahi di Gereja. Selama doa harian kita, kita meminta pengampunan Tuhan atas dosa dan kegagalan hari ini dan menerima kepastian yang menghibur bahwa kita berdamai dengan Tuhan dan sesama manusia. Selama Misa Kudus di Gereja paroki kita, kita menempatkan hidup kita yang dipenuhi stres di atas altar dan membiarkan Yesus mendinginkan radiator kehidupan kita yang terlalu panas. Kita juga menurunkan beban dosa dan kekhawatiran kita di atas altar dan mempersembahkannya dan diri kita sendiri kepada Tuhan selama Misa Kudus.

2) Kita perlu dibebaskan dari beban yang tidak perlu: Yesus meletakkan beban ringan dari perintah kasih-Nya pada kita dan mengikat kita dengan dirinya sendiri, memberi kita kekuatan-Nya melalui Roh Kudus untuk memenuhi perintah itu. Yesus juga tertarik untuk mengangkat dari punggung kita beban yang menyedot hidup kita, sehingga Dia dapat menempatkan di leher kita kuknya sendiri yang membawa kepada kita dan orang lain melalui kita, kehidupan baru, energi baru, dan sukacita baru. Kita dipanggil, tidak hanya untuk menemukan kedamaian, penyegaran dan peristirahatan bagi diri kita sendiri, tetapi juga untuk menjalani kehidupan yang melaluinya orang lain juga dapat menemukan kedamaian Tuhan, rahmat Tuhan yang menyegarkan, dan sukacita karena menempatkan hidup mereka di tangan Tuhan.

Amin

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget