Dua Gembala di Bulan Paskah
Di bulan April yang sarat makna Paskah—bulan kebangkitan dan pengharapan—Gereja Katolik mengenang wafatnya dua gembala besar: Santo Yohanes Paulus II (2 April 2005) dan Mgr. Petrus Turang (4 April 2024). Dua uskup, dua konteks, namun satu semangat: menjadi gembala yang setia sampai akhir.
Karol Wojtyła, yang kita kenal
sebagai Yohanes Paulus II, datang dari Polandia—negeri yang digerogoti
komunisme dan penderitaan. Namun dari tanah itu tumbuh seorang Paus yang
menggetarkan dunia dengan kelembutan, ketegasan, dan semangat manusiawi yang luar
biasa. Ia berdiri sebagai suara bagi yang bisu, harapan bagi yang
terpinggirkan, dan jembatan bagi dunia yang tercerai-berai.
Mgr. Petrus Turang datang dari Minahasa,
wilayah mayoritas Protestan di Sulawesi Utara. Ia diutus menjadi Uskup Agung di
Kupang, Nusa Tenggara Timur—daerah lain yang juga berakar kuat dalam
tradisi Protestan. Dalam konteks ini, Mgr. Turang menjalankan misinya bukan
dengan konfrontasi, melainkan dengan kesabaran pastoral, pengajaran yang
kokoh, dan kesetiaan pada ajaran Gereja.
Dua wilayah yang jauh secara
geografis—Roma dan Kupang, namun dalam diri dua uskup ini, kita melihat
panggilan yang sama: menghadirkan Gereja sebagai terang dalam kegelapan
zaman, sebagai rumah yang tidak lelah mengasihi, mengajar, dan menuntun.
Dari Wojtyła, kita belajar untuk
tidak takut menghadapi dunia.
Dari Turang, kita belajar untuk tidak lelah menjaga kawanan kecil dengan hati
yang besar.
Kini, keduanya telah
"menyelesaikan pertandingan yang baik" (2 Tim 4:7), dan kita yang
masih berjalan, dipanggil untuk melanjutkan kesetiaan mereka, di tempat dan
waktu kita sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar