Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Selasa, 03 Juni 2025

Menggugat Akar Epistemologis dari Apologet Protestan Anti-Katolik

 

Dari Reformasi ke Saintisme: Jalan Sunyi Menuju Sekularisme

Menggugat Akar Epistemologis dari Apologet Protestan Anti-Katolik

 

“Apa yang dimulai sebagai seruan untuk kembali kepada iman, justru berakhir dalam kehampaan iman. Protestantisme, dalam bentuk ekstrem rasionalistiknya, telah membuka gerbang ke padang gurun sekularisme.”
Seorang Katolik yang tetap berpikir

 

1. Prolog: Ketika Saintisme Berselimut Salib

Fenomena apologet Protestan kontemporer yang getol menyerang iman Katolik dengan retorika ‘ilmiah’, ‘logis’, dan ‘kitabiah’ sebenarnya bukan hal baru. Mereka bukan hanya menolak ajaran Katolik, tapi juga mengerangkeng misteri dalam laboratorium saintisme. Salah satu figur menonjol dalam arus ini adalah Decky Nggadas, yang dengan penuh semangat mendekonstruksi dogma Katolik melalui pendekatan yang ia klaim rasional—padahal sebenarnya sekular dalam jubah religius.

Apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa retorika ‘iman berdasarkan Kitab Suci’ justru terdengar lebih seperti suara pencerahan ateistik ketimbang gema Sabda yang menyelamatkan?

 

2. Protestanisme: Dari Otoritas ke Opini

Reformasi Protestan dimulai dengan sola scriptura, doktrin yang tampak mulia: hanya Kitab Suci sebagai otoritas tertinggi. Namun sejarah menunjukkan bahwa ketika Tradisi dan Magisterium dipisahkan dari Kitab Suci, maka interpretasi menjadi liar, subjektif, dan seringkali bertentangan satu sama lain.

Hasilnya? Lebih dari 40.000 denominasi, semua mengklaim “kebenaran Alkitabiah.”

Ironi ini menyingkap satu fakta penting: Protestantisme menggantikan Gereja dengan opini pribadi, dan lambat laun menyingkirkan sakramen, misteri, dan seluruh dimensi metafisis iman Kristen.

 

3. Dari Misteri ke Meja Bedah: Saintisme Merajalela

Apologet Protestan seperti Decky Nggadas hari ini berdiri sebagai anak ideologis zaman modern. Mereka menuntut bukti empiris, rasionalisasi mutlak, dan penolakan terhadap semua hal yang “tidak masuk akal”—termasuk:

  • Transubstansiasi
  • Doa kepada para kudus
  • Devosi kepada Maria
  • Sakramentalitas Gereja

Dengan kata lain, iman harus bisa dijelaskan dan dibuktikan secara saintifik. Inilah saintisme—keyakinan bahwa hanya metode ilmiah yang valid sebagai jalan menuju kebenaran. Dan ketika iman tunduk pada metodologi ini, maka iman bukan lagi anugerah ilahi, melainkan eksperimen laboratorium.

 

4. Akar Krisis: Misteri yang Dihapus, Tuhan yang Dilupakan

Saintisme yang diadopsi dalam bentuk apologetika Protestan modern bukanlah jalan menuju iman yang lebih murni, melainkan jalan pintas menuju sekularisme. Mengapa?

Karena:

  • Misteri ditolak → tidak ada tempat bagi sakramen
  • Tradisi ditolak → tidak ada kontinuitas historis
  • Gereja ditolak → tidak ada komunitas transenden
  • Otoritas ditolak → tidak ada jaminan kebenaran

Yang tersisa hanyalah individu, Alkitab, dan interpretasi sendiri—sebuah model iman yang lebih menyerupai sekte filosofis daripada Tubuh Mistik Kristus.

 

5. Iman Katolik: Rasional dan Misterius

Berbeda dengan pendekatan saintisme Protestan, iman Katolik tidak anti-rasio, tetapi menolak rasionalisme kering. Santo Thomas Aquinas dengan brilian menunjukkan bahwa:

“Iman dan akal tidak bertentangan, tetapi berjalan bersama menuju kebenaran.”

Misteri bukanlah kekeliruan logis, melainkan kedalaman realitas ilahi yang melampaui jangkauan akal. Kita dapat memahami, tetapi tidak sepenuhnya menjangkau. Kita dapat menjelaskan, tetapi tidak mengurung Tuhan dalam silogisme.

Dengan demikian:

  • Sakramen bukan simbol kosong, melainkan partisipasi dalam rahmat Allah
  • Devosi bukan penyembahan berhala, tetapi ekspresi kasih kepada keluarga surgawi
  • Gereja bukan organisasi, tetapi perpanjangan Inkarnasi Kristus dalam sejarah

 

6. Mengapa Protestantisme Anti-Katolik Justru Menuju Atheisme

Ketika Protestantisme menolak otoritas dan misteri, ia meninggalkan anak-anak ideologis yang terpisah dari akar:

1.     Evangelikalisme → Emosionalisme dan subjektivisme

2.     Rasionalisme → Reduksionisme iman

3.     Saintisme → Sekularisasi total

4.     Agnostisisme → Keraguan sistemik

5.     Ateisme → Nihilisme

Protestanisme anti-Katolik adalah pintu masuk ke dalam rumah kosong: tampak megah dari luar, namun tak memiliki fondasi spiritual yang kokoh.

 

7. Penutup: Apologetika Bukan Eksperimen, tapi Kesaksian

Tugas apologet bukan membuktikan Tuhan seperti membuktikan H2O, melainkan memberi alasan rasional untuk iman yang berakar dalam misteri. Ketika iman dikerdilkan menjadi argumen statistik atau penolakan dogma Gereja, maka apologetik kehilangan daya rohaninya.

Gereja Katolik justru merangkul akal dan misteri, tradisi dan Kitab Suci, komunitas dan individu, simbol dan substansi. Inilah wajah asli Kekristenan yang utuh—bukan potongan ideologi sekuler yang dicat ulang dengan tinta Alkitab.

 

πŸ” Credo ut intelligam: Aku percaya agar aku mengerti.

Maka kita menanggapi saintisme protestan bukan dengan menyederhanakan iman, melainkan dengan menyatakan kemuliaan misteri dan keagungan Tradisi—di sanalah iman menemukan tempat tinggalnya.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive