Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Jumat, 13 Juni 2025

πŸ” "Tidak Semua Protestan Anti-Katolik": Sebuah Apologia dan Undangan untuk Dialog

 1. Fakta Sejarah dan Teologis

Tidak dapat disangkal bahwa Reformasi abad ke-16 meninggalkan luka besar dalam tubuh Kristus. Namun sejak Konsili Vatikan II, Gereja Katolik tidak lagi melihat semua Protestan sebagai "musuh", melainkan sebagai saudara terpisah (separated brethren) yang telah menerima baptisan yang sah dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

“Orang-orang yang percaya kepada Kristus dan telah dibaptis secara sah dijalin ke dalam persekutuan tertentu, meskipun tidak sempurna, dengan Gereja Katolik.”
Unitatis Redintegratio, 3

Jadi, protestanisme bukan identik dengan kebencian terhadap Katolik. Ada yang memang mengkritik tajam, tetapi banyak juga yang menunjukkan rasa hormat, bahkan kekaguman pada kekayaan tradisi Katolik.


2. Beragam Wajah Protestanisme

Protestan bukan satu entitas monolitik. Kita bicara tentang:

  • Evangelikal moderat, yang bisa sangat menghormati iman Katolik meski tidak setuju secara doktrinal.

  • Anglikan dan Lutheran tradisional, yang sudah sangat dekat dalam doktrin, liturgi, dan devosi.

  • Kharismatik Protestan, yang dalam banyak kasus bekerja sama dengan Katolik dalam pelayanan Roh Kudus.

  • Bahkan kalangan akademisi Protestan seperti N.T. Wright, Alister McGrath, atau Peter Leithart yang fair dan membuka ruang dialog positif dengan Katolik.

Banyak dari mereka tidak anti-Katolik, justru mencari pemahaman bersama dan membangun jembatan.


3. Dasar Iman yang Sama

Sebagian besar Protestan dan Katolik berbagi:

  • Pengakuan Tritunggal: Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

  • Iman pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

  • Kitab Suci sebagai Firman Allah.

  • Komitmen hidup kudus dan pemberitaan Injil.

Perbedaan memang ada, tapi banyak dasar bersama yang cukup kuat untuk menjadi dasar dialog, bukan permusuhan.


4. Dialog Ekumenis: Buah Roh Kudus

Gereja Katolik tidak mengajarkan kebencian atau permusuhan terhadap Protestan. Sebaliknya, kita dipanggil untuk:

  • Membedakan antara ajaran yang salah dan pribadi orang yang tulus.

  • Mengajak berdialog, bukan debat kusir.

  • Menjawab dengan kasih, bukan hanya argumen tajam.

Bahkan Dominus Iesus (2000), dokumen yang sering dikritik karena ketegasannya, tetap mengakui nilai-nilai kebenaran dan rahmat yang hadir di gereja-gereja non-Katolik.


5. Kesaksian Umat: Persahabatan Nyata

Dalam pengalaman sehari-hari:

  • Banyak Protestan dan Katolik saling bekerja sama dalam pelayanan sosial.

  • Dalam keluarga, pernikahan campur bisa menjadi ladang kesaksian kasih yang melampaui batas denominasi.

  • Di universitas dan media, diskusi antar-iman berlangsung dengan hormat dan saling memperkaya.

Kita tidak hidup di medan perang, tapi di ladang Tuhan yang luas. Dan tidak semua orang yang memakai seragam Protestan sedang mengangkat senjata.


πŸ“Œ Kesimpulan Apologetik

Sikap apologetik Katolik tidak boleh didorong oleh rasa curiga terhadap semua Protestan, melainkan oleh cinta akan kebenaran dan kasih terhadap sesama.

Apologet sejati bukan hanya membela iman, tapi juga membangun jembatan agar terang iman Katolik bisa menyentuh hati orang lain — tanpa kebencian, tanpa ironi murahan, tanpa arogansi.


πŸ™ Penutup: Undangan untuk Saudara Protestan

Bagi saudara-saudara Protestan yang tidak membenci Gereja Katolik, kami mengucapkan terima kasih. Keterbukaanmu adalah jalan kasih yang bisa menyembuhkan luka sejarah dan mempercepat doa Yesus: “Supaya mereka semua menjadi satu” (Yoh 17:21).

Mari kita berdialog bukan untuk memenangkan debat, tetapi untuk bersama-sama mencari wajah Kristus yang satu dalam kasih yang sejati.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive