Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Senin, 17 April 2023

MINGGU KERAHIMAN DI KAPEL ST PETRUS OEPAHA

Waktu menunjukkan pukul 7.30 ketika saya mengendarai sepeda motor ke arah Baumata menuju kapel Kecil di Oepaha. Kapel Oepaha merupakan bagian dari Paroki St Yosep Pekerja Penfui tempat di mana saya bertugas setiap minggu memimpin perayaan Ekaristi. Hari ini hari Minggu Kerahiman Ilahi dan saya akan Kembali bertemu dengan umat di Kapela Oepaha.

Jalan menuju Oepaha berkerikil dan tidak mulus, membuat sepeda motor terus berguncang. Perjalanan memakan waktu setengah jam. Jam delapan tepat akan dimulai dengan perayaan Ekaristi.

Saya tiba di depan kapel disambut oleh Ketua Stasi dan Frater serta Bruder yang bertugas mingguan di sana. Pak Ketua Stasi memberitahu kalau hari ini umat akan berkurang karena Sebagian besar OMK sedang mengikuti kegiatan THS-THM di Taman Ziarah Oebelo. Umat yang hadir sekitar limapuluh orang. Saya memeriksa tabernakel dan menemukan masih banyak sakramen sehingga tidak perlu lagi menyiapkan bahan persembahan berupa roti.

Pak Ketua Stasi di dalam Kapel


Perayaan berlangsung dengan meriah. Beberapa OMK yang tidak ke Oebelo bertindak sebagai koor sponsor diiringi dengan organis dari Bruder Keluarga Nazareth. Dalam khotbah saya menjelaskan tentang Riwayat ditetapkannya Hari Minggu Kerahiman Ilahi, berupa penampakan Tuhan Kita Yesus Kristus kepada Sr Faustina di Krakow Polandia. Dan juga tentang tanggapan Yesus terhadap iman Thomas, “Berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya”. Iman model seperti inilah yang ditujukan bagi kita sekarang yang hidup duaribu tahun sesudah kehidupan Tuhan kita Yesus Kristus.

Usai misa seseorang datang menemui saya di Sakristi. Ternyata dia adalah anak tetangga di kampung halaman saya, Oekiu. Dia rupanya beristrikan orang Oepaha dan menetap di Oepaha. Kami bertiga dengan calon istrinya berfoto Bersama di depan altar. Lalu Ketua Stasi mengundang saya dan Frater serta Bruder ke rumah salah satu umat untuk beristirahat sambal minum di sana.

Bapak Ketua Stasi banyak bercerita tentang asal muasa berdirinya kapel St petrus Oepaha. Bermula dari kesulitan umat untuk selalu bergabung dengan umat dari Oeltua, yang berjarak sekitar 7 km dari Oepaha, membuat mereka menginginkan satu kapela untuk beribadat di kampung mereka. Sekitar Tahun 2014 Bapak Uskup dalam kunjungan ke Oepaha mengijinkan mereka untuk membangun kapel sederhana, beratap seng dan berdinding bebak. Beberapa tahun kemudian mereka mendapat bantuan dari PIKAT Kupang, organisasi para pengusaha Katolik yang bersedia membantu mereka untuk mendirikan kapel baru yang lebih layak. Kapel itu kemudian diresmikan pada tahun 2018 dan kini setiap hari Minggu mereka dapat beribadat di tempat yang tidak jauh dari kediaman masing-masing.

Sekitar jam 10 karena hari sudah mendung saya pamit pulang. Semoga umat di Kapel St Petrus Oepaha terus berkembang dalam iman dan kehidupan bermasyarakat dan bergereja. Salve!

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget