Kesalahan teologis Calvinisme bersumber dari landasan filosofis yang salah—Nominalisme
Pertama **Masalah Nominalisme**
Calvin, seperti Luther, menyangkal keberadaan "kodrat manusia" bersama yang melibatkan semua manusia. Filsafat Kristen klasik, khususnya filsafat St. Thomas Aquinas dan St. Augustine, berpendapat bahwa kemanusiaan adalah kodrat yang nyata dan umum. Ini penting karena **kemanusiaan inilah yang diasumsikan Kristus** dalam Inkarnasi, yang memungkinkan keselamatan bagi semua orang.
Namun, kaum Nominalis melihat "menjadi manusia" hanya sebagai **sifat yang aksidental**, tidak lebih mendasar daripada warna rambut atau tinggi badan. Tanpa kodrat manusia bersama, setiap orang adalah entitas yang sepenuhnya terpisah, seperti malaikat. Dan karena malaikat tidak memiliki kodrat umum yang dapat ditebus (itulah sebabnya malaikat yang jatuh tidak dapat diselamatkan), teologi Calvinis akhirnya memperlakukan manusia dengan cara yang sama.
Kedua **Konsekuensi terhadap Keselamatan**
- **Dalam teologi Katolik, keselamatan adalah tentang pengudusan**—berpartisipasi dalam kasih karunia Allah untuk menjadi diri kita sepenuhnya di dalam Dia. Karena semua manusia memiliki kodrat yang sama, maka Kristus mengambil alih kemanusiaan dan membuka jalan bagi keselamatan bagi semua orang.
- **Bagi kaum Calvinis, keselamatan bersifat eksternal dan sewenang-wenang** karena tidak ada kodrat manusia yang sama yang dapat ditingkatkan oleh kasih karunia. Setiap orang dipandang sebagai entitas yang terisolasi, sehingga keselamatan menjadi ketetapan ilahi dan bukan transformasi yang nyata.
Hal ini mengarah pada **doktrin Calvin tentang predestinasi ganda**—gagasan bahwa Allah telah menentukan sebagian orang ke surga dan sebagian lainnya ke neraka tanpa memperhatikan kerja sama manusia. Karena tidak memiliki pandangan yang koheren tentang kodrat manusia dan pengudusan, teologi Calvin meminjam dari angelologi, memperlakukan keselamatan seperti pilihan satu kali yang dipaksakan oleh Allah.
Ketiga **Mengapa Ini Penting?**
Inti dari perdebatan antara Katolikisme dan Calvinisme bukan hanya tentang doktrin-doktrin tertentu—melainkan tentang **apa artinya menjadi manusia**. Seorang Katolik mengatakan “manusia” dan memaksudkan makhluk yang berpartisipasi dalam kodrat manusia yang Kristus asumsikan; seorang Calvinis mengatakan “manusia” dan bermaksud individu yang terisolasi, yang pada dasarnya terpisah dari orang lain dan dari karya penebusan Kristus.
Tanpa kodrat manusia yang sama, tidak akan ada pengudusan, tidak ada partisipasi nyata dalam kasih karunia, dan akhirnya, tidak ada pemahaman yang koheren tentang keselamatan. Teologi Calvinis tidak hanya cacat secara teologis—teologi ini dibangun di atas **filsafat yang buruk**.
Ada komentar?
Calvin, seperti Luther, menyangkal keberadaan "kodrat manusia" bersama yang melibatkan semua manusia. Filsafat Kristen klasik, khususnya filsafat St. Thomas Aquinas dan St. Augustine, berpendapat bahwa kemanusiaan adalah kodrat yang nyata dan umum. Ini penting karena **kemanusiaan inilah yang diasumsikan Kristus** dalam Inkarnasi, yang memungkinkan keselamatan bagi semua orang.
Namun, kaum Nominalis melihat "menjadi manusia" hanya sebagai **sifat yang aksidental**, tidak lebih mendasar daripada warna rambut atau tinggi badan. Tanpa kodrat manusia bersama, setiap orang adalah entitas yang sepenuhnya terpisah, seperti malaikat. Dan karena malaikat tidak memiliki kodrat umum yang dapat ditebus (itulah sebabnya malaikat yang jatuh tidak dapat diselamatkan), teologi Calvinis akhirnya memperlakukan manusia dengan cara yang sama.
Kedua **Konsekuensi terhadap Keselamatan**
- **Dalam teologi Katolik, keselamatan adalah tentang pengudusan**—berpartisipasi dalam kasih karunia Allah untuk menjadi diri kita sepenuhnya di dalam Dia. Karena semua manusia memiliki kodrat yang sama, maka Kristus mengambil alih kemanusiaan dan membuka jalan bagi keselamatan bagi semua orang.
- **Bagi kaum Calvinis, keselamatan bersifat eksternal dan sewenang-wenang** karena tidak ada kodrat manusia yang sama yang dapat ditingkatkan oleh kasih karunia. Setiap orang dipandang sebagai entitas yang terisolasi, sehingga keselamatan menjadi ketetapan ilahi dan bukan transformasi yang nyata.
Hal ini mengarah pada **doktrin Calvin tentang predestinasi ganda**—gagasan bahwa Allah telah menentukan sebagian orang ke surga dan sebagian lainnya ke neraka tanpa memperhatikan kerja sama manusia. Karena tidak memiliki pandangan yang koheren tentang kodrat manusia dan pengudusan, teologi Calvin meminjam dari angelologi, memperlakukan keselamatan seperti pilihan satu kali yang dipaksakan oleh Allah.
Ketiga **Mengapa Ini Penting?**
Inti dari perdebatan antara Katolikisme dan Calvinisme bukan hanya tentang doktrin-doktrin tertentu—melainkan tentang **apa artinya menjadi manusia**. Seorang Katolik mengatakan “manusia” dan memaksudkan makhluk yang berpartisipasi dalam kodrat manusia yang Kristus asumsikan; seorang Calvinis mengatakan “manusia” dan bermaksud individu yang terisolasi, yang pada dasarnya terpisah dari orang lain dan dari karya penebusan Kristus.
Tanpa kodrat manusia yang sama, tidak akan ada pengudusan, tidak ada partisipasi nyata dalam kasih karunia, dan akhirnya, tidak ada pemahaman yang koheren tentang keselamatan. Teologi Calvinis tidak hanya cacat secara teologis—teologi ini dibangun di atas **filsafat yang buruk**.
Ada komentar?
0 komentar:
Posting Komentar