Tanda pertama, memberitakan Injil, tergantung pada bagaimana seseorang mendefinisikan "Injil." Gereja Katolik percaya bahwa mereka dengan setia mengajarkan Injil, tetapi banyak orang Protestan mungkin tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa arti "Injil" tidak disepakati secara universal, membuat tanda ini tidak jelas dan subjektif.
Tanda kedua, melaksanakan sakramen dengan benar, juga memiliki masalah. Kelompok yang berbeda tidak setuju tentang berapa banyak sakramen yang ada—umat Katolik mengakui tujuh, sementara sebagian besar Protestan hanya mengakui dua. Bahkan jika mereka setuju dengan angkanya, apa yang dimaksud dengan "kinerja yang benar"? Haruskah baptisan diulang? Bisakah jus anggur menggantikan anggur? Karena pandangan Protestan tentang pertanyaan-pertanyaan ini sangat bervariasi, tanda ini juga tidak jelas.
Tanda ketiga, disiplin gereja, menimbulkan masalah serupa. Apa yang dianggap sebagai disiplin yang tepat? Jika sebuah gereja gagal dalam bidang ini, apakah itu membuatnya menjadi gereja palsu? Jika demikian, berapa banyak kegagalan yang terlalu banyak? Siapa yang memutuskan hal-hal ini? Haruskah aturan berlaku untuk seluruh denominasi atau hanya jemaat individu? Kurangnya jawaban yang jelas membuat tanda ini tidak dapat diandalkan.
Karena kesulitan-kesulitan ini, ketiga tanda ini tampaknya tidak menawarkan cara yang kuat untuk mengidentifikasi gereja yang benar. Paling-paling, mereka mungkin berfungsi sebagai pedoman umum. Sebaliknya, tanda-tanda tradisional Gereja—menjadi satu, kudus, katolik (universal), dan apostolik—adalah standar yang lebih baik. Tanda-tanda ini mendapat dukungan dari konsili Gereja mula-mula dan telah ditegaskan dari waktu ke waktu, menjadikannya cara yang lebih stabil untuk mengevaluasi kelompok mana pun yang mengklaim sebagai Gereja yang benar.
Berdasarkan tanda dari Gereja tradisional maka kita dapat melihat bahwa Protestan itu Banyak Kudus Lokal dan Tidak Apostolik
Share This Article :
