Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Rabu, 05 Maret 2025

Menghadapi Skandal dalam Gereja: Respons yang Membawa kepada Kristus


Saat ini, Gereja di Amerika Serikat sedang menghadapi masa sulit yang penuh tantangan. Dalam kondisi seperti ini, penting untuk membahas bagaimana skandal dalam Gereja dapat menghalangi orang untuk menjadi Katolik serta melemahkan iman mereka yang sudah berusaha untuk semakin mendekat kepada Tuhan. Berbagai tanggapan dapat muncul terhadap pengungkapan kasus seperti yang disampaikan oleh Uskup Agung Viganò. Namun, pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan adalah: tanggapan seperti apa yang membawa kita semakin dekat kepada Kristus, dan mana yang justru menjauhkan kita dari-Nya?

Mengakui Rasa Marah, Sedih, dan Takut

Perasaan marah, sedih, dan takut yang muncul akibat skandal ini harus diakui. Ini bukanlah tanda kelemahan, tetapi bentuk pengakuan terhadap luka yang telah ditimbulkan. Namun, berfokus hanya pada emosi tidak akan membantu siapapun, baik para korban maupun mereka yang ingin melakukan pemulihan. Sebaliknya, kebenaran harus menjadi jalan menuju penyembuhan. Perasaan tidak dapat menjadi satu-satunya dasar tindakan; kita harus menggunakan akal budi dan kehendak untuk menentukan langkah selanjutnya.

Pentingnya Akuntabilitas dalam Gereja

Banyak pihak menuntut adanya akuntabilitas dalam Gereja. Umat menginginkan kepemimpinan yang jujur dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, tiga pertanyaan mendasar perlu dijawab dengan jelas: Apa yang terjadi? Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan bagaimana Gereja memastikan agar hal ini tidak terjadi lagi?

Sebagai anggota Gereja, seseorang mungkin mempertimbangkan berbagai pilihan, termasuk meninggalkan Gereja. Namun, hal ini bukanlah solusi yang benar. Mengapa? Karena sakramen-sakramen bukanlah penyebab dari skandal ini, dan Tuhan tidak bersalah dalam kekacauan ini. Menghindari Misa Kudus, sakramen, terutama Ekaristi, justru berarti menjauhkan diri dari satu-satunya Pribadi yang dapat memberikan makna di tengah kegelapan ini. Gereja selalu menegaskan bahwa sakramen tetap sah, meskipun dirayakan oleh imam atau uskup yang berdosa. Seperti yang dinyatakan dalam Katekismus Gereja Katolik, paragraf 1128:

"Sakramen bertindak ex opere operato (secara harfiah: 'oleh fakta bahwa tindakan itu dilakukan'), yaitu oleh kuasa karya penyelamatan Kristus yang telah terlaksana sekali untuk selamanya. Akibatnya, 'sakramen tidak dilakukan oleh kesalehan si pelayan atau penerimanya, tetapi oleh kuasa Allah.'"

Menghadapi Kekecewaan dan Keputusasaan

Rasa kecewa dan putus asa adalah respons yang dapat dimengerti. Namun, penting untuk diingat bahwa keputusasaan tidak berasal dari Roh Kudus. Keputusasaan dan kesedihan yang berlarut-larut dapat menjauhkan kita dari Allah dan memadamkan semangat iman kita. Lalu, bagaimana cara menghadapi rasa putus asa? Dengan melawannya secara aktif. Jangan menghindarinya, tetapi hadapilah dengan kebenaran. Kita bisa bertanya: Apa yang bisa saya lakukan untuk memperdalam iman saya dan membantu iman orang-orang di sekitar saya? Mungkin dengan lebih banyak berdoa, berpuasa untuk para korban, atau berbicara dengan teman yang dapat dipercaya. Jangan takut menghadapi keputusasaan dan bertindak untuk melawannya.

Bahaya Dendam dan Kebencian

Dendam dan kebencian dapat merusak hati dan mencegah penyembuhan. Tuhan menghendaki kesembuhan bagi seluruh Gereja. Jika kita membiarkan kebencian menguasai diri kita, maka kita memberi kemenangan kepada Iblis. Ia ingin menghancurkan Tubuh Kristus, dan setiap tindakan destruktif yang kita lakukan semakin memperbesar kemenangannya.

Meneguhkan Iman, Harapan, dan Kasih

Di tengah ujian iman yang berat ini, justru saatnya untuk memperkuat iman, harapan, dan kasih. Kita telah diberi kebajikan-kebajikan ini untuk digunakan dan dinikmati. Kini adalah waktu yang tepat untuk menghidupkannya. Sebuah doa sederhana seperti, "Aku percaya kepada-Mu, ya Tuhan. Aku berharap kepada-Mu. Aku mengasihi-Mu, Allahku," dapat menjadi senjata rohani yang ampuh dalam menghadapi krisis ini. Perjuangan untuk kebenaran adalah pertempuran rohani, dan kita memiliki senjata untuk berjuang dengan efektif.

Sebagai seorang Katolik, mungkin kita akan ditanya mengapa kita masih bertahan dalam Gereja meskipun skandal terjadi. Rasul Petrus telah mengingatkan kita:

"Hendaklah kamu selalu siap sedia memberi jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang harapan yang ada padamu. Tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat." (1 Ptr 3:15)

Dengan kata lain, jangan defensif, tetapi bersiaplah untuk menjawab dengan ketenangan dan kebijaksanaan. Kita bisa bertanya kepada diri sendiri: Mengapa saya Katolik? Mengapa saya percaya? Untuk apa saya diciptakan? Bagaimana saya mengenal Allah sepanjang hidup saya? Apakah semua ini berubah hanya karena dosa dalam Gereja? Jawabannya adalah tidak. Iman, harapan, dan kasih kita kepada Allah adalah tindakan pribadi yang tidak dapat diambil oleh siapapun dari kita.

Harapan dan Integritas dalam Gereja

Akhirnya, marilah kita menyediakan ruang dalam hati kita untuk harapan dan integritas. Integritas harus dipulihkan dan dijunjung tinggi. Harapan harus ditempatkan hanya pada Allah dan diperdalam di dalam-Nya. Mungkin kita perlu kembali merenungkan kata-kata dari Kardinal Ratzinger dalam permenungan Jalan Salib pada Jumat Agung tahun 2005:

"Tuhan, Gereja-Mu sering kali tampak seperti perahu yang hampir tenggelam, perahu yang kemasukan air dari segala sisi. Di ladang-Mu, kami melihat lebih banyak ilalang daripada gandum. Pakaian dan wajah Gereja-Mu yang ternoda membuat kami bingung. Namun, kitalah yang menodainya! Kitalah yang mengkhianati Engkau berulang kali setelah semua kata-kata muluk dan sikap megah kami. Kasihanilah Gereja-Mu; dalam dirinya juga, Adam terus jatuh. Ketika kami jatuh, kami menyeret-Mu turun ke bumi, dan Iblis tertawa, karena ia berharap Engkau tidak akan bisa bangkit dari kejatuhan itu; ia berharap bahwa dengan jatuhnya Gereja-Mu, Engkau akan tetap terbaring dan tak berdaya. Namun, Engkau akan bangkit kembali. Engkau telah bangkit, dan Engkau juga dapat membangkitkan kami. Selamatkan dan kuduskanlah Gereja-Mu. Selamatkan dan kuduskanlah kami semua."

Dalam masa sulit ini, kita dipanggil untuk tetap setia kepada Tuhan, mengandalkan kebenaran, dan membawa harapan bagi dunia. Meskipun Gereja menghadapi tantangan berat, Kristus tetap setia dan akan membangkitkan umat-Nya menuju kesucian dan kebenaran yang sejati.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive