Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Kamis, 06 Maret 2025

Teologi Kemakmuran dalam Cahaya Ajaran Katolik

Topik yang dikenal sebagai “Teologi Kemakmuran” telah menjadi perdebatan luas di dalam kekristenan, terutama di kalangan denominasi Protestan neo-Pentakosta. Namun, Gereja Katolik mengambil sikap kritis terhadap pendekatan ini, menganggapnya sebagai penyimpangan dari Injil Kristus yang sejati. Dalam pembahasan ini, kita akan mengeksplorasi konsep Teologi Kemakmuran, dasar-dasarnya, ketidakcocokannya dengan Ajaran Katolik, serta pandangan Gereja mengenai hal ini.

 

Apa itu Teologi Kemakmuran?
Teologi Kemakmuran adalah sebuah doktrin yang mengajarkan bahwa iman kepada Tuhan akan langsung menghasilkan berkat materi dan kesehatan fisik.
Keyakinan ini didasarkan pada interpretasi harfiah dari beberapa ayat Alkitab, seperti:

  • Maleakhi 3:10: “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku. Ujilah Aku dalam hal ini, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”
  • Yohanes 10:10: “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Para pengkhotbah Teologi Kemakmuran berargumen bahwa Tuhan menginginkan semua umat beriman menjadi makmur secara finansial dan sehat, serta bahwa kemakmuran ini dapat dicapai melalui iman dan sumbangan finansial kepada Gereja.

Posisi Gereja Katolik
Gereja Katolik menolak Teologi Kemakmuran karena dianggap merusak pesan sejati Injil. Pada tahun 2018, Paus Fransiskus menyatakan bahwa teologi ini adalah “kebohongan” dan “pandangan yang menyesatkan tentang kekristenan.” Gereja mengajarkan bahwa penderitaan dan salib adalah bagian dari perjalanan hidup Kristen, dan bahwa pencarian kekayaan secara berlebihan dapat menjadi penghalang bagi keselamatan.

Katekismus Gereja Katolik (KGK) memperkuat posisi ini:

  • KGK 2444: “Orang miskin adalah penerima utama Injil, dan kasih kepada mereka yang diilhami oleh kasih Kristus menjadi kriteria keaslian hidup Kristen kita.”
  • KGK 2544-2547: Gereja mengingatkan bahwa Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk bersikap lepas dari keterikatan pada harta benda, serta memperingatkan terhadap keserakahan dan pencarian kekayaan yang berlebihan.

Selain itu, dalam berbagai dokumen seperti ensiklik Evangelii Gaudium (2013), Paus Fransiskus memperingatkan bahaya materialisme dan penyembahan uang, yang dapat menjauhkan orang dari makna sejati iman.

Kemakmuran dalam Konteks Alkitab dan Katolik
Alkitab tidak menolak pentingnya harta benda, tetapi mengajarkan bahwa hal tersebut tidak boleh menjadi pusat kehidupan Kristen. Yesus Kristus memberikan teladan tertinggi tentang kerendahan hati dan ketidakmelekatan, dengan lahir di palungan dan hidup secara sederhana. Beberapa ayat Alkitab yang bertentangan dengan Teologi Kemakmuran meliputi:

  • Matius 6:24: “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
  • Lukas 16:19-31: Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus mengajarkan bahwa mereka yang mengandalkan kekayaan dapat kehilangan kehidupan kekal.
  • Matius 19:21: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Gereja mengajarkan bahwa kemakmuran sejati tidak ditemukan dalam kekayaan materi, tetapi dalam rahmat Allah dan persekutuan dengan-Nya. Para santo seperti Santo Fransiskus dari Assisi, Santa Teresa dari Kalkuta, dan Santo Vincentius de Paul menunjukkan melalui hidup mereka bahwa kekayaan sejati ditemukan dalam kasih dan pengabdian kepada Tuhan.

Bahaya Teologi Kemakmuran
Selain merusak pesan Injil, Teologi Kemakmuran juga menimbulkan bahaya lain, seperti:

  • Menyalahkan individu atas kemiskinan – Banyak pengkhotbah teologi ini mengajarkan bahwa kurangnya kemakmuran adalah akibat dari kurangnya iman atau dosa, yang bertentangan dengan Ajaran Katolik tentang martabat orang miskin.
  • Mengubah Tuhan menjadi alat untuk mencapai tujuan – Alih-alih mencari Tuhan karena kasih dan kekudusan, Teologi Kemakmuran mendorong pencarian berkat materi.
  • Mengalihkan fokus dari salib – Penderitaan adalah bagian dari kehidupan Kristen, dan Teologi Kemakmuran mengabaikan panggilan Yesus untuk memikul salib.

Kesimpulan
Gereja Katolik menolak Teologi Kemakmuran karena teologi ini merusak pesan inti Injil. Iman Kristen sejati tidak didasarkan pada janji kekayaan materi, tetapi pada kasih kepada Tuhan, pelayanan kepada sesama, dan pencarian kekudusan. Kemakmuran yang ditawarkan Yesus adalah kehidupan kekal, bukan penumpukan harta duniawi. Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk hidup dengan kemurahan hati, ketidakmelekatan, dan kepercayaan pada penyelenggaraan ilahi, selalu menempatkan Tuhan di atas segala kekayaan duniawi.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive