Jalan Cinta yang Berpijar: Perjumpaan Metafisika Thomistik dan Personalisme Wojtyła dalam Lintasan Pelayanan Mgr. Petrus Turang
Pendahuluan
Filsafat bukan hanya tentang teori-teori abstrak, tetapi juga
tentang bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari dengan makna yang
mendalam. Salah satu motto yang telah menginspirasi banyak orang, khususnya di
Nusa Tenggara Timur, adalah "Berkeliling sambil berbuat baik",
yang dipegang oleh Mgr. Petrus Turang. Saat ini, kita berkumpul untuk mengenang
dan memberi penghormatan kepada beliau, yang baru saja berpulang dan dimakamkan
dengan penuh kehormatan di Katedral Kupang.
Motto beliau mencerminkan cara hidup yang penuh kasih dan
pengabdian kepada sesama, sesuatu yang sangat relevan untuk kita renungkan
dalam perspektif filsafat. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi dua
perspektif filsafat yang dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
motto ini, yakni metafisika Thomistik dan personalisme Karol Wojtyła.
1. Mgr. Petrus Turang: Di Antara Panggilan Akal Budi dan
Keagungan Hati
Hari ini, kita mengucapkan selamat jalan kepada seorang tokoh
yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk Tuhan dan umat-Nya, Mgr. Petrus
Turang. Beliau adalah seorang gembala yang tidak hanya memberikan petunjuk
spiritual, tetapi juga teladan hidup melalui motto beliau yang sederhana namun
penuh makna: "Berkeliling sambil berbuat baik."
Mgr. Turang telah mengabdikan dirinya untuk melayani umat
dengan penuh kasih, meneladani hidup Kristus dalam setiap langkahnya. Beliau
mengajarkan kita untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi untuk
menjangkau tangan kita kepada orang lain yang membutuhkan bantuan. Beliau hidup
sesuai dengan panggilan untuk berbuat baik, tidak hanya di gereja, tetapi di
setiap aspek kehidupan, dari pertemuan pribadi hingga pelayanan sosial.
Kehidupan Mgr. Petrus Turang adalah kehidupan yang penuh
dengan perjalanan—baik itu perjalanan fisik maupun spiritual. Beliau
mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan yang lebih besar,
sebuah misi untuk membawa kebaikan bagi sesama. Kini, meskipun beliau telah
pergi, pesan-pesan kasih dan kebaikan beliau akan terus hidup dalam diri kita.
Mari kita berdoa agar Tuhan menerima roh beliau dalam
damai-Nya, dan semoga kami yang ditinggalkan dapat terus menghidupi warisan
beliau melalui tindakan kasih yang tulus kepada sesama.
2. Metafisika Thomistik: Berkeliling sebagai Perjalanan
Menuju Kebaikan
Thomas Aquinas, seorang filsuf dan teolog abad pertengahan,
menekankan bahwa setiap manusia diciptakan dengan tujuan yang lebih
tinggi—untuk menemukan kebahagiaan sejati melalui penyatuan dengan Tuhan. Dalam
konteks ini, hidup kita bisa dipandang sebagai perjalanan, bukan hanya
secara fisik, tetapi juga secara spiritual.
Berkeliling di sini tidak hanya berarti berjalan dari satu tempat ke
tempat lain. Ini mencerminkan perjalanan eksistensial kita menuju kebaikan yang
lebih tinggi, yang bisa kita capai melalui tindakan moral yang baik. Dalam
pandangan Thomistik, kebaikan ini tidak tergantung pada selera pribadi, tetapi
pada hukum moral universal yang mengarah pada Tuhan.
Berbuat baik, dalam pemikiran Aquinas, berarti bertindak sesuai dengan
hukum moral dan dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Melalui
kebajikan, yaitu kebiasaan bertindak baik yang diperoleh dengan latihan,
seseorang bisa memenuhi potensinya sebagai makhluk rasional yang berfungsi
sesuai dengan tujuan alaminya. Maka, berkeliling sambil berbuat baik
menjadi semacam metafora untuk kehidupan yang berfokus pada perbaikan moral,
yang diwarnai dengan tindakan baik yang mendekatkan kita pada Tuhan.
3. Personalisme Karol Wojtyła: Berkeliling dalam Menghargai
Martabat Manusia
Karol Wojtyła, yang kemudian menjadi Paus Yohanes Paulus II,
mengembangkan filosofi personalisme, yang menempatkan martabat manusia sebagai
inti dari segala pemikiran moral dan etika. Dalam personalisme, manusia bukan
hanya objek atau alat untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi subjek yang
memiliki martabat tak terhingga dan kebebasan untuk memilih.
Berkeliling menurut perspektif personalisme berarti menjalani hidup
dengan penuh kesadaran terhadap martabat pribadi kita dan orang lain. Setiap
langkah kita harus diambil dengan kesadaran penuh akan kebebasan pribadi dan
nilai intrinsik setiap individu. Berkeliling bukan sekadar perjalanan fisik,
tetapi perjalanan spiritual yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam
tentang diri dan hubungan kita dengan orang lain.
Berbuat baik, dalam kerangka personalisme, melibatkan tindakan yang
menghormati martabat orang lain sebagai subjek yang bebas dan berharga. Wojtyła
mengajarkan bahwa tindakan moral harus selalu memperhatikan kebebasan dan nilai
intrinsik setiap individu. Dengan demikian, berbuat baik bukan hanya tentang
memberi bantuan, tetapi juga tentang mengakui dan menghargai kebebasan dan
martabat orang lain dalam setiap interaksi kita.
4. Ketika Ada
Bertemu Persona: Hakikat Manusia dalam Aquinas dan Wojtyła
Meskipun kedua filsuf ini memiliki pandangan yang berbeda,
keduanya sepakat bahwa kebaikan dalam hidup manusia berhubungan dengan tujuan
yang lebih tinggi—baik itu melalui pencapaian kebahagiaan yang sejati (Aquinas)
atau melalui penghargaan terhadap martabat dan kebebasan pribadi (Wojtyła).
- Aquinas menekankan bahwa kebaikan
tercapai melalui tindakan moral yang selaras dengan hukum alam dan hukum
ilahi. Hidup yang baik adalah hidup yang diarahkan untuk mencapai tujuan
akhir manusia, yaitu persatuan dengan Tuhan.
- Wojtyła lebih menekankan pada hubungan
antarpribadi, di mana berbuat baik berarti menghargai kebebasan dan
martabat orang lain. Berkeliling sambil berbuat baik menjadi cara untuk
menghidupi nilai-nilai ini dalam hubungan kita dengan sesama.
Keduanya memberikan wawasan yang saling melengkapi: Aquinas
mengajarkan tentang tindakan moral yang berorientasi pada tujuan akhir,
sementara Wojtyła mengajarkan bagaimana kita dapat menjalani hidup yang baik
dengan penuh penghargaan terhadap kebebasan dan martabat setiap individu.
5. Mulai Hari Ini: Aquinas dan Wojtyła Mengajak Kita Hidup
Lebih Manusiawi
Bagaimana kita dapat mengaplikasikan pemikiran ini dalam
kehidupan sehari-hari? Berikut beberapa refleksi praktis:
1. Pahami tujuan hidup Anda: Baik dalam perspektif Thomistik
maupun personalisme Wojtyła, penting untuk memiliki kesadaran akan tujuan hidup
yang lebih tinggi. Bagi Aquinas, ini berarti mengarahkan hidup pada pencapaian
kebahagiaan yang sejati dengan Tuhan, sedangkan bagi Wojtyła, ini berarti
memahami bahwa hidup adalah tentang menghargai dan menghidupi martabat pribadi
kita dan orang lain.
2. Tindakan moral: Dalam kehidupan sehari-hari, kita
diundang untuk berbuat baik melalui tindakan moral yang menghormati hukum moral
universal (Aquinas) dan martabat individu (Wojtyła). Ini bisa dimulai dengan
sikap yang penuh perhatian terhadap orang lain, serta bertindak dengan
kesadaran penuh akan kebebasan dan nilai orang lain.
3. Berkeliling dengan tujuan yang lebih
tinggi: Berkeliling
bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan spiritual yang diarahkan pada
kebaikan. Setiap langkah dalam hidup haruslah bertujuan untuk memperbaiki diri
dan mendekatkan diri pada tujuan tertinggi—baik itu kebahagiaan dalam persatuan
dengan Tuhan (Aquinas) atau pemahaman dan penghargaan terhadap martabat manusia
(Wojtyła).
Kesimpulan
Motto "Berkeliling sambil berbuat baik"
mengandung ajakan untuk menjalani hidup dengan penuh makna, baik dalam aspek
spiritual maupun sosial. Dari perspektif metafisika Thomistik, ini adalah
perjalanan menuju kebaikan yang lebih tinggi, sedangkan dalam perspektif
personalisme Karol Wojtyła, ini adalah panggilan untuk menghargai martabat
pribadi dan kebebasan orang lain dalam setiap tindakan kita. Keduanya
mengajarkan bahwa berkeliling sambil berbuat baik adalah lebih dari sekadar
perjalanan fisik—itu adalah perjalanan moral dan spiritual yang memperbaiki
hubungan kita dengan Tuhan, diri kita sendiri, dan sesama.
Dalam kenangan Mgr. Petrus Turang, yang kini telah berpulang,
kita diajak untuk terus berkeliling sambil berbuat baik, menghidupi kehidupan
yang penuh kasih, dan menghargai martabat setiap orang, sesuai dengan warisan
beliau yang tak ternilai.
0 komentar:
Posting Komentar