Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Senin, 07 April 2025

Jalan Cinta yang Berpijar: Perjumpaan Metafisika Thomistik dan Personalisme Wojtyła dalam Lintasan Pelayanan Mgr. Petrus Turang

Pendahuluan

Filsafat bukan hanya tentang teori-teori abstrak, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari dengan makna yang mendalam. Salah satu motto yang telah menginspirasi banyak orang, khususnya di Nusa Tenggara Timur, adalah "Berkeliling sambil berbuat baik", yang dipegang oleh Mgr. Petrus Turang. Saat ini, kita berkumpul untuk mengenang dan memberi penghormatan kepada beliau, yang baru saja berpulang dan dimakamkan dengan penuh kehormatan di Katedral Kupang.

Motto beliau mencerminkan cara hidup yang penuh kasih dan pengabdian kepada sesama, sesuatu yang sangat relevan untuk kita renungkan dalam perspektif filsafat. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi dua perspektif filsafat yang dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang motto ini, yakni metafisika Thomistik dan personalisme Karol Wojtyła.

 

1. Mgr. Petrus Turang: Di Antara Panggilan Akal Budi dan Keagungan Hati

Hari ini, kita mengucapkan selamat jalan kepada seorang tokoh yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk Tuhan dan umat-Nya, Mgr. Petrus Turang. Beliau adalah seorang gembala yang tidak hanya memberikan petunjuk spiritual, tetapi juga teladan hidup melalui motto beliau yang sederhana namun penuh makna: "Berkeliling sambil berbuat baik."

Mgr. Turang telah mengabdikan dirinya untuk melayani umat dengan penuh kasih, meneladani hidup Kristus dalam setiap langkahnya. Beliau mengajarkan kita untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi untuk menjangkau tangan kita kepada orang lain yang membutuhkan bantuan. Beliau hidup sesuai dengan panggilan untuk berbuat baik, tidak hanya di gereja, tetapi di setiap aspek kehidupan, dari pertemuan pribadi hingga pelayanan sosial.

Kehidupan Mgr. Petrus Turang adalah kehidupan yang penuh dengan perjalanan—baik itu perjalanan fisik maupun spiritual. Beliau mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan yang lebih besar, sebuah misi untuk membawa kebaikan bagi sesama. Kini, meskipun beliau telah pergi, pesan-pesan kasih dan kebaikan beliau akan terus hidup dalam diri kita.

Mari kita berdoa agar Tuhan menerima roh beliau dalam damai-Nya, dan semoga kami yang ditinggalkan dapat terus menghidupi warisan beliau melalui tindakan kasih yang tulus kepada sesama.

2. Metafisika Thomistik: Berkeliling sebagai Perjalanan Menuju Kebaikan

Thomas Aquinas, seorang filsuf dan teolog abad pertengahan, menekankan bahwa setiap manusia diciptakan dengan tujuan yang lebih tinggi—untuk menemukan kebahagiaan sejati melalui penyatuan dengan Tuhan. Dalam konteks ini, hidup kita bisa dipandang sebagai perjalanan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual.

Berkeliling di sini tidak hanya berarti berjalan dari satu tempat ke tempat lain. Ini mencerminkan perjalanan eksistensial kita menuju kebaikan yang lebih tinggi, yang bisa kita capai melalui tindakan moral yang baik. Dalam pandangan Thomistik, kebaikan ini tidak tergantung pada selera pribadi, tetapi pada hukum moral universal yang mengarah pada Tuhan.

Berbuat baik, dalam pemikiran Aquinas, berarti bertindak sesuai dengan hukum moral dan dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Melalui kebajikan, yaitu kebiasaan bertindak baik yang diperoleh dengan latihan, seseorang bisa memenuhi potensinya sebagai makhluk rasional yang berfungsi sesuai dengan tujuan alaminya. Maka, berkeliling sambil berbuat baik menjadi semacam metafora untuk kehidupan yang berfokus pada perbaikan moral, yang diwarnai dengan tindakan baik yang mendekatkan kita pada Tuhan.

3. Personalisme Karol Wojtyła: Berkeliling dalam Menghargai Martabat Manusia

Karol Wojtyła, yang kemudian menjadi Paus Yohanes Paulus II, mengembangkan filosofi personalisme, yang menempatkan martabat manusia sebagai inti dari segala pemikiran moral dan etika. Dalam personalisme, manusia bukan hanya objek atau alat untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi subjek yang memiliki martabat tak terhingga dan kebebasan untuk memilih.

Berkeliling menurut perspektif personalisme berarti menjalani hidup dengan penuh kesadaran terhadap martabat pribadi kita dan orang lain. Setiap langkah kita harus diambil dengan kesadaran penuh akan kebebasan pribadi dan nilai intrinsik setiap individu. Berkeliling bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan spiritual yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan hubungan kita dengan orang lain.

Berbuat baik, dalam kerangka personalisme, melibatkan tindakan yang menghormati martabat orang lain sebagai subjek yang bebas dan berharga. Wojtyła mengajarkan bahwa tindakan moral harus selalu memperhatikan kebebasan dan nilai intrinsik setiap individu. Dengan demikian, berbuat baik bukan hanya tentang memberi bantuan, tetapi juga tentang mengakui dan menghargai kebebasan dan martabat orang lain dalam setiap interaksi kita.

4. Ketika Ada Bertemu Persona: Hakikat Manusia dalam Aquinas dan Wojtyła

Meskipun kedua filsuf ini memiliki pandangan yang berbeda, keduanya sepakat bahwa kebaikan dalam hidup manusia berhubungan dengan tujuan yang lebih tinggi—baik itu melalui pencapaian kebahagiaan yang sejati (Aquinas) atau melalui penghargaan terhadap martabat dan kebebasan pribadi (Wojtyła).

  • Aquinas menekankan bahwa kebaikan tercapai melalui tindakan moral yang selaras dengan hukum alam dan hukum ilahi. Hidup yang baik adalah hidup yang diarahkan untuk mencapai tujuan akhir manusia, yaitu persatuan dengan Tuhan.
  • Wojtyła lebih menekankan pada hubungan antarpribadi, di mana berbuat baik berarti menghargai kebebasan dan martabat orang lain. Berkeliling sambil berbuat baik menjadi cara untuk menghidupi nilai-nilai ini dalam hubungan kita dengan sesama.

Keduanya memberikan wawasan yang saling melengkapi: Aquinas mengajarkan tentang tindakan moral yang berorientasi pada tujuan akhir, sementara Wojtyła mengajarkan bagaimana kita dapat menjalani hidup yang baik dengan penuh penghargaan terhadap kebebasan dan martabat setiap individu.

5. Mulai Hari Ini: Aquinas dan Wojtyła Mengajak Kita Hidup Lebih Manusiawi

Bagaimana kita dapat mengaplikasikan pemikiran ini dalam kehidupan sehari-hari? Berikut beberapa refleksi praktis:

1.    Pahami tujuan hidup Anda: Baik dalam perspektif Thomistik maupun personalisme Wojtyła, penting untuk memiliki kesadaran akan tujuan hidup yang lebih tinggi. Bagi Aquinas, ini berarti mengarahkan hidup pada pencapaian kebahagiaan yang sejati dengan Tuhan, sedangkan bagi Wojtyła, ini berarti memahami bahwa hidup adalah tentang menghargai dan menghidupi martabat pribadi kita dan orang lain.

2.    Tindakan moral: Dalam kehidupan sehari-hari, kita diundang untuk berbuat baik melalui tindakan moral yang menghormati hukum moral universal (Aquinas) dan martabat individu (Wojtyła). Ini bisa dimulai dengan sikap yang penuh perhatian terhadap orang lain, serta bertindak dengan kesadaran penuh akan kebebasan dan nilai orang lain.

3.    Berkeliling dengan tujuan yang lebih tinggi: Berkeliling bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan spiritual yang diarahkan pada kebaikan. Setiap langkah dalam hidup haruslah bertujuan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri pada tujuan tertinggi—baik itu kebahagiaan dalam persatuan dengan Tuhan (Aquinas) atau pemahaman dan penghargaan terhadap martabat manusia (Wojtyła).

Kesimpulan

Motto "Berkeliling sambil berbuat baik" mengandung ajakan untuk menjalani hidup dengan penuh makna, baik dalam aspek spiritual maupun sosial. Dari perspektif metafisika Thomistik, ini adalah perjalanan menuju kebaikan yang lebih tinggi, sedangkan dalam perspektif personalisme Karol Wojtyła, ini adalah panggilan untuk menghargai martabat pribadi dan kebebasan orang lain dalam setiap tindakan kita. Keduanya mengajarkan bahwa berkeliling sambil berbuat baik adalah lebih dari sekadar perjalanan fisik—itu adalah perjalanan moral dan spiritual yang memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan, diri kita sendiri, dan sesama.

Dalam kenangan Mgr. Petrus Turang, yang kini telah berpulang, kita diajak untuk terus berkeliling sambil berbuat baik, menghidupi kehidupan yang penuh kasih, dan menghargai martabat setiap orang, sesuai dengan warisan beliau yang tak ternilai.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget