Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Kamis, 29 Mei 2025

Keperawanan Abadi Maria: Antara Misteri Inkarnasi dan Misogini Reformis

 

Oleh: Seorang Katolik yang (masih) Percaya Inkarnasi

“Karena bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Luk 1:37).


I. Pendahuluan: Ketika Rahim Menjadi Bahan Olok-Olok

Bagi sebagian kalangan Protestan, terutama mereka yang mengidolakan literalitas dan mengidap trauma terhadap Gereja Katolik, keperawanan Maria—khususnya yang disebut "perpetual"—bukan hanya sulit diterima, tetapi dianggap mengancam teologi pernikahan, bahkan tatanan moral itu sendiri. Dalam sebuah tulisan berjudul “The Perpetual Virginity of Mary: An Attack on the Marriage Covenant,” Nathan Wright mencoba melawan dogma Katolik ini dengan menyusun sebuah esai yang campur aduk antara asumsi biologis, kekhawatiran moralistik, dan kebencian khas anti-Roma.

Artikel ini hendak menjawab, sekaligus membongkar kerangka berpikir yang cacat secara metafisik, miskin secara historis, dan dangkal secara teologis.


II. Asumsi Protestan: Seks sebagai Anugerah atau Keharusan?

Wright menyuguhkan satu premis sentral: pernikahan yang sah dan benar adalah pernikahan yang diwujudkan melalui hubungan seksual. Dari sinilah ia menyerang keperawanan abadi Maria sebagai bentuk pelanggaran terhadap “kontrak” pernikahan ilahi. Namun ini menunjukkan reduksionisme vulgar: bahwa cinta, kesetiaan, dan panggilan suci pernikahan tunduk pada logika genital.

Dengan kata lain, menurut Wright, Yusuf wajib "mengklaim haknya" atas tubuh Maria, karena jika tidak, perkawinan mereka tidak sah. Ironis, karena dalam upaya membela martabat pernikahan, ia justru menyamakannya dengan kontrak pemenuhan biologis, bukan persekutuan spiritual.

Padahal, metafisika Katolik mengajarkan bahwa tubuh manusia adalah sacramentum—tanda misteri ilahi. Seks dalam pernikahan bukanlah kewajiban kategoris, melainkan partisipasi dalam kasih yang bebas dan penuh makna. Tidak adanya hubungan seksual dalam pernikahan Maria dan Yusuf bukanlah cacat, melainkan eksepsi suci yang mendalam karena keduanya diberi peran unik dalam misteri keselamatan.


III. Pernikahan dalam Terang Inkarnasi: Bukan Sekadar Konsumasi

Dogma Perpetual Virginity bukanlah warisan dari teks apokrif semata sebagaimana dituduhkan. Ia lahir dari kontemplasi mendalam Gereja akan misteri Inkarnasi: bahwa Maria adalah Theotokos, Bunda Allah.

Mari kita ulang: Maria mengandung Allah. Ia menjadi Tabut Perjanjian Baru. Jika Uza tewas hanya karena menyentuh tabut lama (2 Sam 6:6-7), apakah layak dikatakan bahwa Yusuf “wajib” bersatu secara seksual dengan Maria demi mempertahankan kesakralan pernikahan?

Di sinilah teologi Protestan gagal memahami convenientia—yaitu kesesuaian teologis dan metafisik antara Maria dan Putranya. Karena Yesus adalah Kudus, rahim-Nya pun kudus. Keperawanan Maria bukanlah pelarian dari seksualitas, tetapi manifestasi tertinggi dari penyerahan total kepada Allah. Tubuhnya menjadi altar pertama bagi Sang Sabda.


IV. Logika Gagal: Ketika “Sampai” Jadi Pembatalan Dogma

Wright dengan tergesa menyimpulkan bahwa kata “tidak bersetubuh dengan Maria sampai ia melahirkan” (Mat 1:25) berarti hubungan terjadi sesudahnya. Namun argumen ini adalah bentuk kekeliruan linguistik klasik (equivocation fallacy). Dalam Kitab Suci, kata “hingga” (heΓ³s) tidak selalu menyiratkan perubahan status setelahnya.

Contoh? "Aku akan menyertai kamu sampai akhir zaman" (Mat 28:20)—apakah berarti setelah itu Yesus meninggalkan kita?

Gereja memahami bahwa Matius hanya menegaskan keperawanan Maria pada saat kelahiran Yesus, tanpa komentar lebih lanjut mengenai sesudahnya. Silence in Scripture is not affirmation. Yang menafsirkan sebaliknya, sebenarnya hanya memaksakan eisegesis terhadap teks.


V. Saudara-Saudara Yesus dan Reduksi Keluarga

Argumen tentang “saudara-saudara Yesus” sudah lama dijadikan dalih untuk menyangkal keperawanan Maria. Namun, dalam budaya Semitik, kata “adelphos” mencakup saudara kandung, sepupu, bahkan kerabat yang tinggal serumah.

Apakah Protestan hari ini tidak tahu, atau enggan tahu, bahwa dalam Kitab Suci tidak ada kata khusus untuk “sepupu”? Sama seperti Lot disebut “saudara Abraham” padahal ia keponakan, demikian pula Yakobus, Yudas, Simon disebut “saudara Yesus”, padahal secara tradisi kuno—dan disahkan oleh para Bapa Gereja—mereka adalah anak dari Maria lain (istri Kleopas).


VI. Dogma sebagai Penjaga Misteri, Bukan Pengganti Akal

Wright menuduh dogma Katolik sebagai “jalan pintas untuk menghindari pertanggungjawaban teologis.” Namun yang luput ia pahami adalah bahwa dogma tidak mengganti nalar, tetapi menjaganya dari kesesatan. Dogma tidak dibentuk untuk "melawan Alkitab", tetapi untuk membaca Kitab dalam terang Tradisi dan Akal Budi.

Menuduh dogma sebagai gnostik adalah ironis, sebab justru Protestanisme-lah yang sering terjebak dalam gnostisisme praktis: memisahkan roh dari tubuh, iman dari perbuatan, kasih dari pengorbanan, dan dalam kasus ini, memaksa pernikahan tunduk pada fungsi seksualnya semata.


VII. Penutup: Keperawanan Maria adalah Ikon Injil

Keperawanan Maria yang abadi bukanlah ide gila dari Roma, tetapi buah dari kontemplasi mendalam akan misteri keselamatan. Maria tidak kehilangan apa pun karena tidak bersetubuh. Justru ia menjadi ikon Gereja: murni, tak terbagi, dan berserah total.

Menolak keperawanan Maria dengan alasan "martabat perkawinan" justru menghina dua hal sekaligus: kehormatan Yusuf yang taat, dan kehendak Allah yang suci.

Kalau tubuh Maria terlalu suci untuk suaminya, itu bukan hinaan, melainkan kehormatan: karena tubuh itu telah menjadi tabernakel Inkarnasi. Dalam terang itulah, keperawanan Maria menjadi bukan sekadar keajaiban biologis, tetapi lambang transenden dari sebuah panggilan: menjadi milik Allah seutuhnya.


πŸ”” Catatan Kritis untuk Para Pembaca Protestan:

Jika Anda membaca ini dan merasa “terlalu Romawi,” mungkin itu karena Anda telah terlalu lama percaya bahwa tubuh adalah milik Anda sendiri, bukan milik Tuhan. Tapi Maria tahu lebih baik.

Dan ya, Maria tahu… tapi Protestan tampaknya belum tahu.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive