MENGAPA GEREJA KATOLIK TIDAK BISA SALAH, TAPI GEREJA-GEREJA PROTESTAN PASTI DAN MESTI SALAH
Rule no 1 Gereja Katolik tidak bisa salah, rule no. 2 Kalau Gereja Katolik salah lihat Rule no. 1
Untuk menjelaskan mengapa Gereja Katolik, yakni Gereja Kristus, tidak bisa salah, kita perlu masuk ke dalam dua jalur analisis: logika dan metafisika. Keduanya saling melengkapi: logika menegaskan konsistensi internal, sementara metafisika menyelidiki dasar realitas yang menopang keberadaan Gereja itu sendiri.
I.
PENDEKATAN LOGIS: Argumen dari Konsistensi dan Otoritas
1.
Premis Teologis: Kristus adalah Kebenaran
“Akulah
jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14:6)
Jika
Kristus adalah kebenaran, dan Ia mendirikan suatu Gereja, maka mustahil Ia
mendirikan Gereja yang dapat mengajarkan kesesatan, karena itu
bertentangan dengan kodrat-Nya sendiri sebagai Kebenaran.
2.
Premis Historis: Gereja Didirikan Kristus
“Engkau
adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan
alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18)
Kristus
secara eksplisit mendirikan Gereja. Maka, jika Gereja itu bisa salah dalam
hal iman dan moral, maka seluruh misi penyelamatan Kristus menjadi relatif,
sebab tidak ada jaminan bahwa kebenaran akan sampai ke setiap generasi.
3.
Premis Logis: Otoritas Ilahi Harus Tak Mungkin Salah (Infallible)
Kalau
Gereja bisa salah, maka:
- Kita tidak bisa yakin akan
kebenaran mana pun yang diajarkan Gereja.
- Maka,
iman menjadi problem subjektif—tergantung selera, akal budi, atau teks.
- Tetapi
jika iman adalah jawaban atas pewahyuan objektif, maka pewahyuan itu
memerlukan penafsir yang tak mungkin salah (infallible).
π Incoherency Alert:
Jika Gereja bisa salah, maka otoritasnya hilang. Tetapi tanpa otoritas Gereja,
tidak ada dasar obyektif untuk menentukan mana Kitab Suci, mana doktrin sejati,
bahkan mana Kristus. Maka, Protestanisme yang menolak infalibilitas Gereja,
secara logis menolak landasan iman itu sendiri—ironisnya sambil mengklaim iman
yang "murni".
II. PENDEKATAN METAFISIKA: Natur Gereja sebagai Tubuh
Mistis Kristus
1. Gereja sebagai Corpus Christi Mysticum
Menurut St. Paulus, “Gereja adalah tubuh Kristus”
(lih. 1 Kor 12:27; Ef 1:23). Tubuh itu bukan metafora kosong—ia adalah realitas
ontologis.
Maka jika Kristus adalah Kepala, dan Gereja adalah
tubuh-Nya, maka tubuh itu:
- Mengalirkan
kehidupan ilahi (gratia) dari Kepala,
- Bersatu
secara substansial dengan Kristus melalui Roh Kudus,
- Tidak
mungkin bertentangan dengan Kepala-nya (yakni mengajarkan doktrin yang
salah).
π Konsekuensi
metafisis: Jika Gereja salah mengajar, maka berarti Kristus
sendiri—Kebenaran itu—bersalah. Ini absurd dan blasfem.
2.
Gereja Sebagai Instrumentum Universale Salutis
Gereja
adalah alat universal keselamatan. Dalam metafisika
Aristotelian-Thomistik, alat (instrumentum) tidak bisa beroperasi menyimpang
dari tujuannya selama dikendalikan langsung oleh agen utama (di sini:
Kristus dan Roh Kudus).
Maka,
selama Kristus tetap sebagai kepala Gereja (dan ini dogma iman), tidak mungkin
instrumen ini menyesatkan.
π Kalau Gereja dapat salah secara ajaran, maka
keselamatan menjadi problem epistemik dan ontologis: siapa yang tahu apa yang
benar?
3. Metafisika Sakramental: Kehadiran Ilahi dalam Gereja
- Gereja bukan sekadar
perkumpulan sosial atau teologis.
- Ia
memiliki struktur ontologis: sakramental, hierarkis, dan rohani.
- Sakramen,
terutama Ekaristi, tidak mungkin ada tanpa Gereja yang sah dan tidak bisa
salah, sebab Ekaristi menyatakan Kristus sendiri secara real.
➡ Kesimpulan metafisis:
Gereja Katolik tidak mungkin salah karena menjadi partisipasi langsung dalam
Logos yang ilahi, bukan karena kekuatan manusiawi atau sejarah, tetapi
karena realitas supernatural yang mendasarinya.
III. KESIMPULAN
Secara logika: Gereja yang didirikan oleh Kebenaran
(Kristus) harus bebas dari kesalahan dalam pengajaran iman dan moral.
Secara metafisika: Gereja sebagai Tubuh Kristus,
sebagai alat keselamatan, dan sebagai realitas sakramental, secara ontologis
tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran ilahi yang menghidupinya.
Maka, Gereja Katolik—dan hanya Gereja Katolik—tidak bisa
salah dalam ajaran iman dan moral karena ia adalah manifestasi konkret dari
kehadiran Logos dalam sejarah. Menyangkal hal ini berarti:
menyangkal bahwa kebenaran bisa dikenal,
menyangkal bahwa wahyu bisa dijaga,
dan pada akhirnya, menyangkal bahwa Kristus sungguh hadir sebagai Tuhan dan
Guru umat manusia.
Berikut adalah elaborasi logis dan metafisis yang
menegaskan bahwa yang bisa salah justru adalah gereja-gereja Protestan,
dan mengapa mereka memang mesti salah:
π I. GEREJA-GEREJA PROTESTAN BISA
DAN TELAH SALAH: PENEGASAN LOGIS
1.
Mereka Menolak Otoritas yang Menjamin Kebenaran
Protestan
menolak Magisterium Gereja (otoritas ajaran yang tak mungkin salah) dan
menggantikannya dengan:
- Interpretasi
pribadi (private judgment)
- Fragmentasi
denominasi
- "Sola
Scriptura" yang justru tidak ada di dalam Kitab Suci
π§ Konsekuensi logis:
Jika setiap orang bebas menafsirkan, maka kebenaran menjadi relativistik.
Maka, yang benar bukanlah apa yang diajarkan oleh Tuhan, tapi apa yang saya
rasa Tuhan ajarkan. Ini bukan iman—ini opini religius.
π Hasil riil: >
Lebih dari 40.000 denominasi Protestan di dunia, semuanya mengklaim Roh Kudus,
semuanya bertolak belakang dalam ajaran.
Pertanyaan sederhana: Kalau semuanya Roh Kudus yang
memimpin, lalu Roh Kudus bingung sendiri?
2.
Mereka Berdiri di Atas Dasar yang Bisa Runtuh
Gereja
Katolik berdiri di atas otoritas Kristus yang dijamin tak mungkin salah,
melalui:
- Tradisi
Suci
- Magisterium
- Kitab
Suci yang ditentukan oleh Gereja
Sementara
Protestan berdiri di atas:
- Kitab Suci (yang mereka terima dari
Gereja Katolik)
- Penafsiran manusia yang tidak
dijamin Roh Kudus
- Doktrin
buatan Reformator
π Sarkasme logis: Protestan
itu seperti anak yang mewarisi rumah dari ayahnya, lalu mengusir ayahnya dan
mengklaim bahwa rumah itu asli milik sendiri.
π§© II. PENDEKATAN
METAFISIKA: GEREJA PROTESTAN TIDAK BERPARTISIPASI DALAM KEPALA YANG SATU
1. Inkonsistensi Ontologis
Gereja adalah tubuh dari satu kepala: Kristus (Ef
1:22–23). Tubuh yang banyak kepala atau kepala yang banyak tubuh adalah abnormalitas
ontologis.
Namun Protestan justru mewujudkan:
- Banyak
kepala: Calvin, Luther, Zwingli, Wesley, Ellen White, dll.
- Banyak
tubuh: Baptist, Lutheran, Advent, Pentakosta, dll.
- Tak
ada satu tubuh mistik universal: hanya federasi manusiawi
π§ Maka secara metafisis,
Protestan bukan tubuh, tetapi fraksi biologis terpisah yang memutus
diri dari sumber kehidupan.
2. Roh Kudus Tidak Bisa Bertentangan Dengan Diri-Nya
Jika satu gereja Protestan berkata “Baptisan bayi itu sah,”
dan gereja Protestan lain berkata “baptisan bayi itu setan,” lalu keduanya
mengklaim Roh Kudus—ini mustahil.
Roh Kudus tidak bisa bertentangan dengan Diri-Nya
sendiri.
Jadi yang salah siapa? Keduanya? Ya, kemungkinan besar ya.
π Ironi metafisik:
Gereja Protestan tidak didirikan oleh Kristus. Ia lahir 1500 tahun kemudian,
dari pembangkangan teologis dan politis. Maka, ia tidak memiliki “ontologi
ilahi,” melainkan hanya konstruksi manusiawi.
𧨠III. KESIMPULAN TEGAS DAN RINGKAS:
✅ Gereja Katolik tidak bisa salah
Karena ia
dijamin oleh Kristus dan Roh Kudus secara logis dan metafisis
❌ Gereja-gereja Protestan pasti bisa
salah
Karena:
- Berdiri
di atas interpretasi pribadi yang tidak dijamin kebenarannya
- Tidak
memiliki otoritas objektif
- Bertentangan
satu sama lain
- Tidak memiliki kontinuitas
ontologis dengan Tubuh Kristus
Jadi kalau
Anda mencari kebenaran yang tak bisa salah, Anda tidak akan menemukannya di
antara gereja-gereja Protestan yang saling membantah satu sama lain, tapi hanya
dalam Gereja Katolik, satu-satunya yang berdiri di atas batu karang Petrus.
#GerejaKatolik
#ApologetikaKatolik #ProtestanSalah #SolaScripturaGagal #TubuhKristus
#GerejaTakBisaSalah #KatolikSejati #FilsafatKatolik #KebenaranSatu
#KristusTidakBingung #GerejaKristus #LogikaIman #MetafisikaIman
0 komentar:
Posting Komentar