Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Senin, 26 Mei 2025

MENGAPA GEREJA KATOLIK TIDAK BISA SALAH, TAPI GEREJA-GEREJA PROTESTAN PASTI DAN MESTI SALAH

 

Rule no 1 Gereja Katolik tidak bisa salah, rule no. 2 Kalau Gereja Katolik salah lihat Rule no. 1

Untuk menjelaskan mengapa Gereja Katolik, yakni Gereja Kristus, tidak bisa salah, kita perlu masuk ke dalam dua jalur analisis: logika dan metafisika. Keduanya saling melengkapi: logika menegaskan konsistensi internal, sementara metafisika menyelidiki dasar realitas yang menopang keberadaan Gereja itu sendiri.

 

I. PENDEKATAN LOGIS: Argumen dari Konsistensi dan Otoritas

1. Premis Teologis: Kristus adalah Kebenaran

“Akulah jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14:6)

Jika Kristus adalah kebenaran, dan Ia mendirikan suatu Gereja, maka mustahil Ia mendirikan Gereja yang dapat mengajarkan kesesatan, karena itu bertentangan dengan kodrat-Nya sendiri sebagai Kebenaran.

2. Premis Historis: Gereja Didirikan Kristus

“Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18)

Kristus secara eksplisit mendirikan Gereja. Maka, jika Gereja itu bisa salah dalam hal iman dan moral, maka seluruh misi penyelamatan Kristus menjadi relatif, sebab tidak ada jaminan bahwa kebenaran akan sampai ke setiap generasi.

3. Premis Logis: Otoritas Ilahi Harus Tak Mungkin Salah (Infallible)

Kalau Gereja bisa salah, maka:

  • Kita tidak bisa yakin akan kebenaran mana pun yang diajarkan Gereja.
  • Maka, iman menjadi problem subjektif—tergantung selera, akal budi, atau teks.
  • Tetapi jika iman adalah jawaban atas pewahyuan objektif, maka pewahyuan itu memerlukan penafsir yang tak mungkin salah (infallible).

πŸ“Œ Incoherency Alert: Jika Gereja bisa salah, maka otoritasnya hilang. Tetapi tanpa otoritas Gereja, tidak ada dasar obyektif untuk menentukan mana Kitab Suci, mana doktrin sejati, bahkan mana Kristus. Maka, Protestanisme yang menolak infalibilitas Gereja, secara logis menolak landasan iman itu sendiri—ironisnya sambil mengklaim iman yang "murni".

 

II. PENDEKATAN METAFISIKA: Natur Gereja sebagai Tubuh Mistis Kristus

1. Gereja sebagai Corpus Christi Mysticum

Menurut St. Paulus, “Gereja adalah tubuh Kristus” (lih. 1 Kor 12:27; Ef 1:23). Tubuh itu bukan metafora kosong—ia adalah realitas ontologis.

Maka jika Kristus adalah Kepala, dan Gereja adalah tubuh-Nya, maka tubuh itu:

  • Mengalirkan kehidupan ilahi (gratia) dari Kepala,
  • Bersatu secara substansial dengan Kristus melalui Roh Kudus,
  • Tidak mungkin bertentangan dengan Kepala-nya (yakni mengajarkan doktrin yang salah).

πŸ‘‰ Konsekuensi metafisis: Jika Gereja salah mengajar, maka berarti Kristus sendiri—Kebenaran itu—bersalah. Ini absurd dan blasfem.

2. Gereja Sebagai Instrumentum Universale Salutis

Gereja adalah alat universal keselamatan. Dalam metafisika Aristotelian-Thomistik, alat (instrumentum) tidak bisa beroperasi menyimpang dari tujuannya selama dikendalikan langsung oleh agen utama (di sini: Kristus dan Roh Kudus).

Maka, selama Kristus tetap sebagai kepala Gereja (dan ini dogma iman), tidak mungkin instrumen ini menyesatkan.

πŸ“Œ Kalau Gereja dapat salah secara ajaran, maka keselamatan menjadi problem epistemik dan ontologis: siapa yang tahu apa yang benar?

3. Metafisika Sakramental: Kehadiran Ilahi dalam Gereja

  • Gereja bukan sekadar perkumpulan sosial atau teologis.
  • Ia memiliki struktur ontologis: sakramental, hierarkis, dan rohani.
  • Sakramen, terutama Ekaristi, tidak mungkin ada tanpa Gereja yang sah dan tidak bisa salah, sebab Ekaristi menyatakan Kristus sendiri secara real.

Kesimpulan metafisis: Gereja Katolik tidak mungkin salah karena menjadi partisipasi langsung dalam Logos yang ilahi, bukan karena kekuatan manusiawi atau sejarah, tetapi karena realitas supernatural yang mendasarinya.

 

 

III. KESIMPULAN

Secara logika: Gereja yang didirikan oleh Kebenaran (Kristus) harus bebas dari kesalahan dalam pengajaran iman dan moral.

Secara metafisika: Gereja sebagai Tubuh Kristus, sebagai alat keselamatan, dan sebagai realitas sakramental, secara ontologis tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran ilahi yang menghidupinya.

Maka, Gereja Katolik—dan hanya Gereja Katolik—tidak bisa salah dalam ajaran iman dan moral karena ia adalah manifestasi konkret dari kehadiran Logos dalam sejarah. Menyangkal hal ini berarti:

menyangkal bahwa kebenaran bisa dikenal,
menyangkal bahwa wahyu bisa dijaga,
dan pada akhirnya, menyangkal bahwa Kristus sungguh hadir sebagai Tuhan dan Guru umat manusia.

 

Berikut adalah elaborasi logis dan metafisis yang menegaskan bahwa yang bisa salah justru adalah gereja-gereja Protestan, dan mengapa mereka memang mesti salah:

 

πŸ›‘ I. GEREJA-GEREJA PROTESTAN BISA DAN TELAH SALAH: PENEGASAN LOGIS

1. Mereka Menolak Otoritas yang Menjamin Kebenaran

Protestan menolak Magisterium Gereja (otoritas ajaran yang tak mungkin salah) dan menggantikannya dengan:

  • Interpretasi pribadi (private judgment)
  • Fragmentasi denominasi
  • "Sola Scriptura" yang justru tidak ada di dalam Kitab Suci

🧠 Konsekuensi logis:
Jika setiap orang bebas menafsirkan, maka kebenaran menjadi relativistik. Maka, yang benar bukanlah apa yang diajarkan oleh Tuhan, tapi apa yang saya rasa Tuhan ajarkan. Ini bukan iman—ini opini religius.

πŸ“Œ Hasil riil: > Lebih dari 40.000 denominasi Protestan di dunia, semuanya mengklaim Roh Kudus, semuanya bertolak belakang dalam ajaran.

Pertanyaan sederhana: Kalau semuanya Roh Kudus yang memimpin, lalu Roh Kudus bingung sendiri?

 

2. Mereka Berdiri di Atas Dasar yang Bisa Runtuh

Gereja Katolik berdiri di atas otoritas Kristus yang dijamin tak mungkin salah, melalui:

  • Tradisi Suci
  • Magisterium
  • Kitab Suci yang ditentukan oleh Gereja

Sementara Protestan berdiri di atas:

  • Kitab Suci (yang mereka terima dari Gereja Katolik)
  • Penafsiran manusia yang tidak dijamin Roh Kudus
  • Doktrin buatan Reformator

πŸ“Œ Sarkasme logis: Protestan itu seperti anak yang mewarisi rumah dari ayahnya, lalu mengusir ayahnya dan mengklaim bahwa rumah itu asli milik sendiri.

 

🧩 II. PENDEKATAN METAFISIKA: GEREJA PROTESTAN TIDAK BERPARTISIPASI DALAM KEPALA YANG SATU

1. Inkonsistensi Ontologis

Gereja adalah tubuh dari satu kepala: Kristus (Ef 1:22–23). Tubuh yang banyak kepala atau kepala yang banyak tubuh adalah abnormalitas ontologis.

Namun Protestan justru mewujudkan:

  • Banyak kepala: Calvin, Luther, Zwingli, Wesley, Ellen White, dll.
  • Banyak tubuh: Baptist, Lutheran, Advent, Pentakosta, dll.
  • Tak ada satu tubuh mistik universal: hanya federasi manusiawi

🧠 Maka secara metafisis, Protestan bukan tubuh, tetapi fraksi biologis terpisah yang memutus diri dari sumber kehidupan.

 

2. Roh Kudus Tidak Bisa Bertentangan Dengan Diri-Nya

Jika satu gereja Protestan berkata “Baptisan bayi itu sah,” dan gereja Protestan lain berkata “baptisan bayi itu setan,” lalu keduanya mengklaim Roh Kudus—ini mustahil.

Roh Kudus tidak bisa bertentangan dengan Diri-Nya sendiri.

Jadi yang salah siapa? Keduanya? Ya, kemungkinan besar ya.

πŸ“Œ Ironi metafisik: Gereja Protestan tidak didirikan oleh Kristus. Ia lahir 1500 tahun kemudian, dari pembangkangan teologis dan politis. Maka, ia tidak memiliki “ontologi ilahi,” melainkan hanya konstruksi manusiawi.

 

🧨 III. KESIMPULAN TEGAS DAN RINGKAS:

Gereja Katolik tidak bisa salah

Karena ia dijamin oleh Kristus dan Roh Kudus secara logis dan metafisis

Gereja-gereja Protestan pasti bisa salah

Karena:

  • Berdiri di atas interpretasi pribadi yang tidak dijamin kebenarannya
  • Tidak memiliki otoritas objektif
  • Bertentangan satu sama lain
  • Tidak memiliki kontinuitas ontologis dengan Tubuh Kristus

Jadi kalau Anda mencari kebenaran yang tak bisa salah, Anda tidak akan menemukannya di antara gereja-gereja Protestan yang saling membantah satu sama lain, tapi hanya dalam Gereja Katolik, satu-satunya yang berdiri di atas batu karang Petrus.

#GerejaKatolik #ApologetikaKatolik #ProtestanSalah #SolaScripturaGagal #TubuhKristus #GerejaTakBisaSalah #KatolikSejati #FilsafatKatolik #KebenaranSatu #KristusTidakBingung #GerejaKristus #LogikaIman #MetafisikaIman

 

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive