Ada siaran YouTube berjudul “Injil Barnabas Bukan Karangan Muslim” oleh Ustaz Ahmad Kainama di kanal Ayasofya. Secara umum, video ini berupaya membela otentisitas Injil Barnabas sebagai “nubuatan” kenabian Muhammad dan menyerang kredibilitas Kitab Suci Kristen, khususnya Perjanjian Baru. Di balik retorika populis dan tendensiusnya, ada sejumlah klaim historis dan teologis yang bermasalah secara serius.
Berikut tanggapan dari perspektif Katolik, baik
secara sejarah, teologi, maupun logika, terhadap klaim-klaim utama dalam
dokumen tersebut:
🔥 1. Klaim bahwa Injil
Barnabas bukan karangan Muslim
✅ Fakta Historis:
- Injil
     Barnabas tidak dikenal dalam tradisi Kristen awal maupun dalam
     daftar kanon apapun yang sah, termasuk Dekretum Gelasianum
     (492-496).
 - Teks Injil
     Barnabas baru muncul dalam sejarah paling awal pada abad ke-16
     dalam bahasa Italia dan Spanyol, yang merupakan periode
     pasca-Islamisasi Andalusia dan interaksi panjang dengan dunia Muslim.
 - Teks
     ini mengandung banyak kesalahan anakronistik: misalnya menyebut “tong
     minyak” di Galilea, sistem feodalisme, dan penggunaan istilah “perak
     dinar”, yang tidak ada pada zaman Yesus.
 - Teks
     tersebut secara teologis sangat selaras dengan doktrin Islam, termasuk:
     Yesus tidak disalib, Muhammad adalah Mesias sejati, dan Trinitas ditolak —
     semua ini bertentangan total dengan iman Kristen apostolik sejak
     awal.
 
❌ Salah Paham Kainama:
- Ia
     menyamakan surat Barnabas (yang memang dikenal dalam tulisan Bapa
     Gereja seperti Klemen dan Origen) dengan Injil Barnabas — padahal
     keduanya adalah dokumen yang berbeda secara radikal.
 - Surat
     Barnabas ditulis sekitar abad ke-1/2, mengandung pemahaman Kristen awal
     yang ortodoks (meskipun tidak masuk kanon). Sedangkan Injil Barnabas
     adalah dokumen rekayasa berisi doktrin Islamisasi terhadap Yesus.
 
🔥 2. Klaim bahwa Injil
Barnabas lebih tua dari Islam karena disebut dalam Decretum Gelasianum
✅ Fakta:
- Yang
     disebut dalam Decretum Gelasianum adalah "Epistula
     Barnabae" (Surat Barnabas), bukan “Evangelium Barnabae” (Injil
     Barnabas). Ini adalah kebingungan
     fatal antara dua dokumen yang sangat berbeda.
 - Epistula Barnabae adalah teks non-kanonik
     Kristen abad ke-2, tidak dikenal di kalangan Muslim dan tidak pernah
     berisi ajaran Islam atau menyebut Muhammad.
 - Adapun Injil Barnabas
     yang memuat nama Muhammad dan menyangkal penyaliban baru ditemukan dalam
     bentuk manuskrip bahasa Italia di tangan komunitas Muslim abad
     ke-16-17.
 
🔥 3. Klaim bahwa kitab
Barnabas membuktikan Islam lebih asli dari Kekristenan
❌ Inkoheren secara logis dan
historis:
- Jika Barnabas (sahabat Paulus)
     benar-benar menulis kitab ini dan menyatakan Yesus bukan Tuhan, maka mengapa
     tidak ada satu pun Bapa Gereja awal yang menyitir ajaran semacam ini?
 - Mengapa
     teks ini tidak pernah disebutkan dalam Konsili Ekumenis awal,
     bahkan oleh para heretik?
 - Gereja
     Katolik telah memiliki kriteria kanonisitas sejak awal: apostolisitas,
     kesesuaian doktrin, dan penggunaan liturgis. Injil Barnabas
     tidak memenuhi ketiganya.
 
🔥 4. Klaim bahwa
Kekristenan kacau karena ada dua versi Alkitab (73 vs 66 kitab)
✅ Penjelasan Katolik:
- Kanon
     73 kitab sudah ditegaskan sejak Konsili Hippo (393) dan Kartago (397)
     serta dikonfirmasi kembali oleh Konsili Trente (1546).
 - Versi
     66 kitab milik Protestan adalah hasil penghapusan sepihak oleh Martin
     Luther terhadap kitab-kitab Deuterokanonika yang digunakan Yesus
     dan para Rasul dalam Septuaginta (terjemahan Yunani PL).
 - Adanya
     perbedaan bukan bukti “kekacauan”, tetapi mencerminkan perpecahan paska
     Reformasi, bukan sejak zaman awal Gereja.
 
🔥 5. Klaim bahwa
Al-Qur’an satu-satunya wahyu tanpa keraguan dan umat Islam tidak perlu
"mengais-ngais" ke kitab lain
❌ Kontradiksi Internal Islam:
- Jika
     Islam tidak perlu "mengais-ngais", mengapa harus merujuk ke
     Injil Barnabas yang sangat problematik dan tidak diakui bahkan oleh Gereja
     manapun?
 - Jika
     Injil Barnabas diklaim sebagai bukti kenabian Muhammad, maka umat Islam justru
     sedang mengandalkan teks luar (yang inkonsisten) untuk membenarkan
     wahyu mereka sendiri.
 
💥 Simpulan Apologetik
Katolik:
Injil Barnabas bukanlah teks Kristen kuno, melainkan
propaganda sinkretis pasca-Islam yang menciptakan “Yesus versi Qur’ani.”
Klaim Kainama sangat ceroboh secara historis, membingungkan
dokumen yang berbeda (surat vs injil), dan tidak sanggup memahami prinsip
kanonisasi dalam Gereja Katolik. Ironisnya, dalam upaya membuktikan Muhammad
dalam Injil, ia justru memperkuat argumen bahwa Islam membutuhkan legitimasi
dari Kekristenan. Sayangnya, yang dijadikan acuan bukan Injil yang sahih dan
historis, tapi dokumen pseudo-historis yang bahkan para sarjana Muslim sendiri
seperti Yusuf al-Qaradawi dan Jamal Badawi anggap tidak otentik.