Paus Baru dan Bunda Maria dari Pompeii — Warisan Devosi dan Harapan Gereja
1. Peristiwa Penting: Terpilihnya Paus Leo XIV pada Pesta Maria dari Pompeii
Pada 8 Mei 2025, Gereja Katolik menerima Paus baru, Paus Leo
XIV, tepat pada Pesta Bunda Maria dari Rosario di Pompeii. Dalam
pidato pertamanya, beliau tidak hanya menyampaikan salam damai dari Kristus
yang bangkit, tetapi juga secara langsung mengundang umat untuk berdoa Salam
Maria bersama, secara eksplisit menyebut Maria dari Pompeii.
Tindakan ini bukan sekadar simbolis, tetapi mencerminkan sebuah arah rohani
dan misi pembaruan yang berakar pada sejarah Gereja.
2. Maria dari Pompeii:
Devosi yang Membangkitkan Iman
Devosi ini dimulai melalui Bartolo
Longo, seorang mantan pengacara yang pernah terjerat dalam dunia okultisme,
namun mengalami pertobatan dan menemukan panggilannya dalam menyebarkan doa
Rosario. Di Lembah Pompeii, ia membangun kembali iman umat yang sudah lama
memudar dengan mengajak mereka berdoa Rosario, terutama dengan bantuan lukisan
tua Maria dari Rosario yang menjadi pusat devosi. Munculnya berbagai
mukjizat menyuburkan kepercayaan umat, dan akhirnya dibangunlah Basilika
Maria dari Rosario di Pompeii, yang menjadi pusat peziarahan.
3. Paus Leo XIII: Bapa Rosario dan Dukungan terhadap Pompeii
Paus Leo XIII (menjabat 1878–1903) adalah tokoh kunci dalam
mendukung dan mengafirmasi devosi ini secara resmi. Beliau:
- Menyebut
Bartolo Longo sebagai “Manusia Rosario”.
- Menulis sebelas
ensiklik tentang Rosario, mendorong umat untuk menjadikan Rosario
sebagai senjata rohani dalam menghadapi modernisme dan krisis iman.
- Meresmikan
gereja di Pompeii dan mengangkat devosi ini ke tingkat universal.
Dengan demikian, nama “Leo” yang kini digunakan oleh Paus Leo XIV
menjadi gema rohani dari Paus Leo XIII, sebagai tanda kontinuitas dalam
semangat doa dan pembaruan melalui Maria.
4. Paus Fransiskus dan
Maria dari Pompeii: Devosi yang Hidup di Zaman Modern
Paus Fransiskus secara
pribadi menunjukkan kedekatan dengan devosi ini. Pada 2015, ia mengutus Delegasi
Kepausan untuk memimpin doa Rosario di Basilika Pompeii, dan menyampaikan
pesan spiritual bahwa "Maria adalah Bunda yang tidak pernah
meninggalkan kita". Ia menekankan pentingnya devosi sederhana seperti
Rosario dalam membangun iman keluarga dan Gereja.
Devosi kepada Maria dari
Pompeii di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus memperlihatkan kesederhanaan
yang kuat, spiritualitas pertobatan, dan kasih sayang Gereja kepada umat
kecil dan lemah.
5. Paus Leo XIV: Harapan Baru, Akar yang Dalam
Dengan menyebut Maria dari Pompeii dalam pidato pertamanya, Paus Leo
XIV mengangkat kembali semangat pembaruan melalui doa dan pertobatan pribadi,
sekaligus mengajak seluruh Gereja untuk melihat Maria bukan hanya sebagai
sosok penuh kasih, tetapi sebagai Ratu Rosario yang menuntun pada pertobatan
dan kedamaian.
Sebagaimana Bartolo Longo dan Paus Leo XIII pernah menunjukkan kekuatan
devosi dalam zaman krisis, Paus Leo XIV kini mengajak kita untuk kembali ke
sumber kekuatan Gereja: doa dan devosi yang sungguh-sungguh kepada Maria.
6. Aplikasi Kateketis
untuk Umat
- Mengenal kembali Rosario: Pelajari kembali struktur dan makna Rosario
sebagai doa Kristologis.
- Meneladani Bartolo Longo: Pengampunan dan pertobatan tidak hanya mungkin,
tapi dapat menghasilkan buah pelayanan luar biasa.
- Melihat kepemimpinan Gereja secara rohani: Nama dan simbol Paus bukan sekadar
administratif, tetapi punya makna spiritual yang berakar dalam sejarah
keselamatan.
- Menghormati peran Maria dalam sejarah Gereja: Dari Pompeii ke Vatikan, dari pribadi ke
komunitas, Maria hadir sebagai penolong dalam membangun persekutuan.
Penutup
Pesta Maria dari Pompeii,
Paus Leo XIII, Paus Fransiskus, dan kini Paus Leo XIV—semuanya terhubung dalam
benang merah rohani: Rosario, pertobatan, dan misi Gereja untuk membangun
perdamaian dan iman dalam dunia yang gersang secara spiritual. Mari kita
tanggapi ajakan ini dengan membuka hati bagi Maria, yang selalu menunjuk kita
kepada Kristus.
0 komentar:
Posting Komentar