Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Senin, 16 Juni 2025

Dua Wajah Protestanisme: Satu Serang Depan, Satu Tusuk Belakang

 

Dalam lanskap kekristenan modern, Protestanisme telah berkembang menjadi berbagai bentuk, tetapi dua aliran mencolok patut mendapat perhatian apologetik serius: Calvinisme ekstrem dan Oneness Pentakostal. Sekilas berbeda gaya, namun keduanya membawa semangat yang sama: protes terhadap Gereja Katolik—satu dengan terompet perang, satu lagi dengan suling ratapan.

πŸ›‘️ Calvinis: Serangan dari Depan

Kaum Calvinis ekstrem tidak main-main. Mereka terang-terangan menyebut Paus sebagai Antikristus, menyebut Maria penyembahan berhala, dan menertawakan tradisi sebagai "buatan manusia". Mereka bangga dengan warisan Reformasi, dan bahkan merasa diri sebagai benteng terakhir kekristenan murni.

Namun yang sering luput dari perhatian: meski keras kepala, mereka masih mengakui Tritunggal, dua kodrat Kristus, dan kredo Nicea. Mereka mengutuk Gereja Katolik, tapi masih tinggal di rumah warisan Gereja purba.

Ironisnya, semakin banyak dari mereka kini tidak bisa menjaga integritas warisan mereka sendiri. Gereja-gereja Reformed mulai terpecah, memudar, dan bahkan menyerah pada relativisme moral yang dulunya mereka lawan habis-habisan.

πŸ§₯ Oneness Pentakostal: Serangan dari Dalam

Berbeda dari Calvinis, kelompok Oneness Pentakostal (atau sering disebut juga “Jesus Only”) tampil dengan wajah bersahabat. Mereka menyanyi lembut, menangis dalam doa, menyapa “saudara Katolik”, bahkan menyebut devosi sebagai hal yang indah—namun semua itu hanya permukaan.

Di balik tirai emosi itu, mereka menolak doktrin Tritunggal, mengecam baptisan Trinitaris sebagai tidak sah, dan meyakini bahwa hanya yang dibaptis dalam "nama Yesus" (versi mereka) yang akan diselamatkan. Mereka mengaku "kembali ke Alkitab", padahal menyimpang dari seluruh Tradisi Kristen sejak abad pertama.

Lebih parah lagi: mereka sering bermain sebagai korban, seolah Katolik yang tidak mau dialog. Padahal, jika ditelusuri, teologi mereka jauh lebih menyimpang daripada sekadar protes terhadap paus—mereka menolak dasar-dasar iman Kristiani sejati yang bahkan dipegang oleh semua gereja ortodoks.

🎭 Satu Roh, Dua Topeng

Pada akhirnya, baik Calvinis ekstrem maupun Oneness Pentakostal hanyalah dua wajah dari roh pemberontakan yang sama. Bedanya hanya cara mereka membungkusnya:

  • Calvinis membawa pedang dan menyerang dari gerbang depan.

  • Oneness membawa bunga dan menyusup lewat pintu samping.

Keduanya tidak membangun, hanya memisahkan. Keduanya tidak menuntun kepada Tubuh Kristus, hanya menandingi-Nya dengan bangunan buatan sendiri.

πŸ”₯ Apologetik Katolik: Saatnya Waspada Ganda

Apologetik Katolik hari ini tidak cukup hanya menjawab hujatan keras kaum Calvinis. Kita juga harus membongkar kehalusan racun dalam gerakan pseudo-Kristen seperti Oneness. Jangan biarkan umat kita disesatkan oleh lagu-lagu rohani yang meredam nalar atau kesaksian emosional yang memutarbalikkan dogma.

"Yang menyerang dari depan lebih mudah dibentengi; yang menyusup dengan kelembutan butuh mata iman yang tajam dan formasi doktrin yang kuat."


🧭 Penutup: Yang Membela Kebenaran Harus Lebih Cerdas dari yang Menyesatkan

Kita tidak diminta untuk membalas kebencian dengan kebencian, tetapi kita juga tidak boleh pasif terhadap kesesatan. Dalam dunia di mana kebenaran dibungkus dalam seribu lapisan emosi dan opini, kita perlu menajamkan logika, memperdalam iman, dan memperkuat kasih dalam kebenaran.

Kalau Calvinis ekstrem adalah badai yang bisa dihadapi dengan benteng batu, maka Oneness Pentakostal adalah kabut lembut yang meresap ke celah-celah benteng. Keduanya bisa menghancurkan Gereja—jika kita lengah.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive