Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Senin, 16 Juni 2025

πŸ”₯ Katolik Itu Agama Pagan? — Membongkar Mitos yang Sudah Basi Tapi Masih Dijual Murah

 


Mari kita mulai dari satu kalimat jujur:

Tuduhan bahwa Gereja Katolik adalah hasil kawin silang antara kekristenan dan paganisme Romawi adalah kebodohan historis yang dibungkus dengan retorika murahan.

Tapi tenang. Kita kupas pelan-pelan, agar tidak terlalu perih — cukup seperti disiram air jeruk di luka lama yang belum sembuh.

πŸ›️ Asal Tuduhan: Konspirasi Sejarah Seukuran Brosur Gereja Garasi

Sebagian kalangan anti-Katolik suka sekali menyebar brosur dengan narasi begini:

“Gereja Katolik lahir bukan dari Kristus, tapi dari Kaisar Konstantinus. Semua ajarannya diambil dari penyembahan berhala: Maria itu Isis, Yesus itu Mithras, misa itu ritual Saturnalia.”

Membacanya seperti melihat orang yang menonton film dokumenter Netflix lalu merasa layak menulis sejarah Gereja.

Mari kita tanya: Siapa yang lebih tahu tentang Kekristenan abad ke-1? Ignatius dari Antiokhia yang hidup sezaman dengan para rasul, atau pendeta livestream TikTok tahun 2025?

Ignatius menulis surat kepada jemaat dan menyebut Gereja Katolik secara eksplisit — jauh sebelum Konstantinus bahkan lahir. Tapi kalau fakta sejarah tak cocok dengan teologi dadakan, ya tinggal abaikan, bukan?


πŸ•―️ Simbol Liturgi Katolik = Paganisme?

"Katolik pakai dupa, lilin, busana imam, patung... persis kaya penyembah berhala!"

Oh, jadi karena patung berarti pagan? Silakan bongkar lemari natal Protestan, buang pohon natalnya, salib kayunya, dan foto keluarga di altar gerejanya. Jangan setengah hati kalau mau konsisten. Jangan pakai salib juga ya — itu kan alat penyiksaan Romawi?

Penggunaan simbol dalam liturgi Katolik bukan adopsi dari paganisme, tapi warisan dari ibadah Yahudi di Bait Allah. Tapi ya, sekali lagi, sejarah tidak penting bagi mereka yang sudah merasa Roh Kudus berbicara langsung setiap kali mereka pegang mikrofon.


🧠 Kekeliruan Logika: Jika Mirip, Maka Sama?

Ini logika favorit kaum anti-Katolik:

“Yesus lahir 25 Desember. Dewa Matahari juga. Berarti Yesus cuma tiruan Mithras.”

Tolong. Ini seperti bilang: “Kopi dan tinta itu cair dan hitam. Maka minumlah tinta agar tetap terjaga di pagi hari.”

Kemiripan simbolik tidak berarti substansi teologis yang sama. Kekristenan tidak meniru Mithras — justru menyingkirkan kultus Mithras. Coba cari hari ini: gereja masih berdiri. Kuil Mithras? Jadi reruntuhan.


🀑 Kekudusan Budaya Bukan Sinkretisme Murahan

Gereja sejak awal tahu cara membedakan antara menyembah Tuhan dan menyucikan budaya. Inilah yang disebut inkulturasi: bukan kompromi iman, tapi pemurnian simbol agar menunjuk kepada Kebenaran yang sejati.

Mereka yang menuduh Katolik menyerap budaya Romawi biasanya sedang memakai jas, dasi, dan teknologi Eropa... sambil meneriakkan "back to Bible" dalam bahasa Inggris — bukan Ibrani.

Ironis ya? Yang katanya “murni Alkitab” justru tidak pernah kembali ke liturgi Yahudi perdana — malah bikin ibadah seperti konser Coldplay.


🧯 Kesimpulan Tajam:

Gereja Katolik bukan pagan. Yang pagan adalah cara berpikir Anda yang menyembah simplifikasi, alergi terhadap sejarah, dan bernafas dengan dogma anti-intelektual.

Jadi kalau Anda masih percaya bahwa Katolik itu penyembahan berhala karena ada patung, lilin, dan Maria... mungkin sudah waktunya Anda menyembah Tuhan dengan akal sehat, bukan hanya dengan selebaran warisan abad ke-19.


🎬 Penutup untuk Anda yang Masih Ngotot:

Silakan bangun kembali bait suci Yahudi, hidupkan bahasa Aram, pelajari liturgi Yahudi abad pertama, lalu baru bicara soal “kemurnian ibadah.”
Sementara itu, biarkan Katolik tetap berjalan dalam iman yang lahir dari Tradisi Apostolik, bukan dari asumsi yang lahir di ruang podcast.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive