Cerita dan refleksi seputar rutinitas harian seorang imam katolik. Viva Christo Rey!

Kamis, 19 Juni 2025

Mengapa Umat Katolik Hanya Menerima Hosti, Bukan Anggur? Ini Penjelasan Lengkapnya

Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa saat misa, umat Katolik hanya menerima roti (hosti), sementara anggur hanya diminum oleh imam? Apakah itu berarti umat hanya mendapat “setengah Kristus”? Atau ada alasan lain di balik praktik ini?

Yuk, kita bedah bersama dari sisi teologi, sejarah, dan alasan praktisnya.


πŸ”Έ 1. Yes! Hosti Saja, Tapi Kristus Sepenuhnya

Gereja Katolik mengajarkan bahwa saat konsekrasi dalam misa, roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus secara nyata (bukan simbolis). Ini yang disebut transubstansiasi.

Tapi yang penting:

Kristus hadir secara penuh dalam setiap rupa—baik roti maupun anggur.
Artinya, dalam sepotong hosti, ada seluruh Kristus: tubuh, darah, jiwa, dan keilahian-Nya.

Jadi kalau Anda menerima hosti saja, Anda tidak kekurangan apa pun dari kehadiran Yesus yang sesungguhnya.


πŸ”Έ 2. Ini Bukan “Setengah-Setengah”, Tapi 100% di Masing-Masing

Ada kesalahpahaman umum bahwa:

“Kalau roti itu tubuh-Nya dan anggur itu darah-Nya, maka umat cuma dapat tubuh, dong?”

Tidak begitu.

Menurut teologi Katolik (yang ditegaskan oleh St. Thomas Aquinas dan Konsili Trente), Kristus yang hadir dalam sakramen bukan bagian-bagian tubuh biologis, melainkan Kristus yang sudah bangkit, utuh dan tidak terbagi.

Bayangkan seperti ini: Anda melihat seseorang dari depan dan dari samping. Itu dua sudut pandang, tapi orangnya tetap satu dan utuh. Begitu juga Kristus dalam dua rupa.


πŸ”Έ 3. Kenapa Gereja Membatasi Umat Menerima Anggur?

Secara historis, umat pada masa Gereja awal memang menerima dua rupa. Tapi sejak abad pertengahan, Gereja mulai membatasi komuni hanya dalam satu rupa (roti) dengan alasan:

  • Mencegah penodaan, karena anggur mudah tumpah

  • Efisiensi distribusi, apalagi dalam misa besar

  • Kurangnya petugas, terutama di paroki besar

  • Kesehatan, berbagi cawan bersama bukan ide bagus, terutama sejak pandemi

Tapi pada saat-saat tertentu (seperti Kamis Putih, retret, misa khusus), umat tetap bisa menerima dua rupa bila dimungkinkan.


πŸ”Έ 4. Beda dengan Tradisi Protestan

Banyak gereja Protestan memandang komuni sebagai simbol kenangan, bukan kehadiran nyata Kristus. Maka wajar jika mereka tidak terlalu menekankan “dua rupa” atau bahkan menganggap roti biasa sudah cukup.

Tapi Katolik beda. Bagi kita, komuni adalah perjumpaan langsung dengan Kristus yang hidup, bukan sekadar simbol atau ilustrasi.

Ironisnya, bahkan di gereja Protestan besar seperti megachurch di AS, praktiknya sama: hanya roti dibagikan. Alasannya? Sama seperti kita—logistik dan efisiensi.


πŸ”Έ 5. Jadi, Umat Tidak Kekurangan Apa Pun

Gereja tidak sedang “menyembunyikan setengah sakramen” dari umat. Sebaliknya, Gereja menjaga supaya sakramen diterima secara layak, sakral, dan utuh.

“Dalam sepotong hosti kecil itu, Kristus hadir sepenuhnya. Tidak setengah. Tidak kurang.”
– St. Thomas Aquinas (diringkas dari Summa Theologiae)


Kesimpulannya?

  • Kristus hadir 100% dalam roti, dan 100% juga dalam anggur.

  • Menerima salah satu cukup dan lengkap.

  • Gereja mengatur ini bukan karena “diskriminatif”, tapi karena alasan teologis dan pastoral.

  • Bila memungkinkan, umat juga bisa menerima dua rupa. Tapi satu rupa saja, tidak mengurangi Kristus sedikit pun.


πŸ’¬ Kalau Ada yang Bilang:

“Gereja Katolik pelit, umat cuma dikasih roti doang!”

Jawab dengan senyum dan katakan:
“Justru karena kami yakin itu benar-benar Kristus, kami menjaganya dengan hormat, bukan asal bagi. Dan dalam roti kecil itu, aku menerima seluruh Tuhanku.”

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive