Metafisika Antitrinitarian ala Rudi: Iman Tanpa Entitas, Dogma Baru dalam Relasi Kosong
Dalam banyak video dan tanggapannya terhadap Patris Allegro, Rudi tampaknya menolak metafisika. Tapi siapa pun yang mempelajari sejarah pemikiran akan segera menyadari bahwa tidak ada teologi tanpa metafisika. Bahkan penolakan terhadap metafisika pun selalu didasarkan pada metafisika alternatif. Apa yang sebenarnya dianut Rudi?
I. Penolakan terhadap Metafisika Substansial: Apa yang Ditinggalkan?
Metafisika tradisional Katolik, yang berpijak pada realisme thomistik, menyatakan bahwa realitas memiliki struktur objektif dan dapat dikenali secara analogis oleh akal manusia. Dalam kerangka ini:
-
Allah adalah actus purus (wujud murni tanpa potensi, sempurna secara mutlak),
-
Logos adalah pribadi kedua dari Tritunggal,
-
Inkarnasi adalah kesatuan dua kodrat dalam satu pribadi (unio hypostatica),
-
Keselamatan adalah tindakan objektif Allah yang mengambil natur manusia untuk menebusnya.
π “Deus est ipsum esse subsistens.”
(St. Thomas Aquinas, Summa Theologiae, I q.3 a.4)
“Allah adalah keberadaan itu sendiri yang subsisten.”
Rudi dengan tegas menolak semua fondasi ini. Ia tidak sekadar menolak interpretasi, tapi menolak cara Gereja memahami realitas itu sendiri.
II. Apa yang Diusung: Metafisika Relasional Simbolik
Secara eksplisit maupun implisit, Rudi mengadopsi pemikiran dari:
-
Hans-Georg Gadamer:
➤ Kebenaran tidak berdiri di luar bahasa; kebenaran terbentuk dalam dialog sejarah dan konteks.
π “Being that can be understood is language.” (Truth and Method) -
Paul Tillich:
➤ Allah bukan makhluk tertinggi, melainkan ground of being, dasar dari segala eksistensi.
π “God does not exist. He is being-itself beyond essence and existence.”
(Systematic Theology, Vol. 1) -
John Shelby Spong:
➤ Yesus adalah manusia penuh kasih, bukan pribadi ilahi pra-eksisten.
π “We have literalized myth, ontologized metaphor.”
(Why Christianity Must Change or Die) -
Marcus Borg:
➤ Firman bukan pribadi, melainkan cara simbolis untuk berbicara tentang kebijaksanaan Allah.
π “We must learn to speak of Jesus metaphorically, not ontologically.”
Dari sinilah kerangka metafisik Rudi terbentuk. Ia menolak substansi dan menggantinya dengan simbol. Ia menolak keberadaan Allah sebagai pribadi, dan menggantinya dengan “relasi”, “kesadaran”, “hikmat”.
III. Struktur Metafisik Rudi: Dikupas Sistematis
Aspek | Metafisika Katolik (Thomas) | Metafisika Rudi (Relasional-Simbolik) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Allah | Pribadi yang subsisten, sempurna, tak berubah | Energi cinta, dasar eksistensi, non-pribadi | ||||||
Firman (Logos) | Pribadi kedua Trinitas, ilahi | Simbol hikmat, personifikasi moral | ||||||
Inkarnasi | Unio hypostatika: dua kodrat, satu pribadi | Alegori etis tentang manusia sempurna | ||||||
Keselamatan | Karya objektif Allah, penebusan dosa | Transformasi batiniah dan kesadaran moral | ||||||
Wahyu | Komunikasi Allah dalam sejarah dan sakramen | Tafsir manusia dalam horizon budaya dan sejarah |
π Apa Itu Metafisika? (Penjelasan untuk Awam)
Metafisika adalah cabang filsafat yang bertanya:
“Apa yang sungguh-sungguh ada?”
“Apa hakikat dari segala sesuatu?”
Kalau fisika mempelajari bagaimana dunia bekerja,
metafisika bertanya apa itu dunia.
π Contoh Sehari-hari:
-
Kamu melihat pohon.
Metafisika bertanya:
➤ Apa itu “pohon”? Apakah hanya kumpulan sel? Atau ada “hakikat ke-pohon-an”? -
Kamu bilang “kasih”.
Metafisika bertanya:
➤ Apakah kasih itu nyata secara objektif? Atau cuma emosi yang berubah-ubah? -
Kamu percaya pada Tuhan.
Metafisika bertanya:
➤ Siapa atau apa itu Tuhan? Apakah Dia ada sebagai pribadi nyata? Atau hanya simbol?
π§ Mengapa Metafisika Penting?
Karena semua kepercayaan berdiri di atas metafisika tertentu.
Tanpa sadar, ketika seseorang berkata:
“Yesus itu hanya manusia biasa.”
Itu metafisika.
Ia percaya bahwa realitas cuma dunia fisik dan manusia tidak bisa bersatu dengan yang Ilahi.
“Alkitab itu hanya tafsir sejarah.”
Itu metafisika.
Ia percaya bahwa tidak ada wahyu ilahi yang turun ke dalam dunia manusia.
“Allah itu relasi, bukan pribadi.”
Itu juga metafisika.
Ia mengubah ‘Allah sebagai Ada’ menjadi ‘Allah sebagai proses simbolik.’
π Katolik dan Metafisika: Percaya pada Yang Nyata
Gereja Katolik memakai metafisika realis—khususnya dari St. Thomas Aquinas:
-
Allah sungguh ada, bukan ide.
-
Firman sungguh menjadi manusia dalam diri Yesus.
-
Sakramen sungguh membawa rahmat, bukan simbol kosong.
-
Surga, neraka, dan jiwa manusia adalah realitas, bukan sekadar cerita rohani.
π “Allah bukan sekadar ide tertinggi, tapi realitas yang berdiri di atas dan menopang semua yang ada.”
(St. Thomas Aquinas)
❓ Kalau Kita Tidak Punya Metafisika, Apa yang Terjadi?
➡️ Kita akan berpindah ke metafisika lain, biasanya yang tak disadari:
-
Metafisika modern: hanya yang bisa diukur itu nyata.
-
Metafisika relativistik: semua tafsir sah, tak ada kebenaran objektif.
-
Metafisika fungsionalis: iman hanya soal dampak sosial, bukan soal keselamatan abadi.
Dan inilah yang kita lihat dalam video-video seperti milik Rudi:
Ia menolak metafisika Katolik, tapi menggantinya dengan metafisika relasional-modern yang rapuh dan tanpa daya menyelamatkan.
π Kesimpulan:
Metafisika bukan hal sulit atau jauh. Itu adalah kerangka dasar cara kita memandang hidup, iman, dan Allah.
Tanpa metafisika yang benar,
iman akan jadi tafsir kosong,
Yesus jadi hanya guru moral,
dan keselamatan tinggal dongeng eksistensial.
π “Tanpa realitas yang berdiri teguh, iman tidak punya pijakan. Kita tidak diselamatkan oleh simbol, tapi oleh pribadi: Yesus Kristus, Firman yang menjadi daging.”
0 komentar:
Posting Komentar