Siapa yang Sebenarnya Berfilsafat Kosong?
Saudara-saudari sekalian,
Hari ini kita bahas satu lagi tuduhan klasik dari dunia Protestan: bahwa Gereja Katolik itu penuh filsafat kosong. Ya, katanya, kita ini terlalu banyak pakai akal. Terlalu banyak mikir. Terlalu rasional. Terlalu "Skolastik." Bahkan ada yang bilang, kita lebih percaya Thomas Aquinas daripada Yesus Kristus.
Lucu ya? Menuduh Gereja yang melahirkan universitas, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menjaga integritas wahyu serta akal selama 2000 tahun… sebagai tukang filsafat kosong. Sementara mereka—yang baru muncul 500 tahun lalu dengan ratusan cabang saling bertolak belakang—mengklaim diri sebagai murni Kitab Suci, bebas dari filsafat. Suci dari pengaruh dunia.
Tapi kita harus tanya dengan serius: siapa sebenarnya yang memakai filsafat kosong?
π§© 1. Mereka Kutip Kolose 2:8, Tapi Lupa Konteks
Katanya:
"Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu... yang tidak menurut Kristus."
Langsung ditafsirkan: “Itu dia! Katolik berfilsafat, berarti sesat!”
Tunggu dulu. Apakah Paulus anti-filsafat?
Kalau begitu kenapa di Roma 1:20, dia berkata bahwa akal budi manusia bisa mengenal Allah melalui ciptaan-Nya?
Kenapa di Kisah 17 dia tidak langsung menghardik para filsuf Yunani, tapi malah mengutip mereka? ("Seorang dari antara penyairmu sendiri telah berkata...") — Oh, itu mungkin belum sempat dibaca oleh para “penginjil berapi-api” ini.
π 2. Filsafat Katolik: Pelayan Iman, Bukan Penggantinya
Katolik tidak menjadikan filsafat sebagai injil. Tapi kami tahu bahwa iman yang sehat tidak takut pada akal yang sehat.
Kami percaya bahwa:
-
Allah adalah Logos, bukan kekacauan;
-
Wahyu tak bertentangan dengan akal, karena keduanya bersumber dari Allah;
-
Dan kalau Kristus sendiri adalah Sabda, maka berpikir secara logis dan mendalam itu bukanlah dosa.
Yang berdosa adalah berpura-pura tidak berfilsafat, padahal justru diam-diam mengadopsi filsafat yang sesat. Seperti yang dilakukan oleh Protestantisme.
π£ 3. Ironi Besar: Protestanlah yang Mengandalkan Filsafat Kosong
Mari kita bedah.
πͺ a. Sola Scriptura = Filsafat Nominalis
Apa itu sola scriptura? Katanya: “Hanya Alkitab yang berwenang!” Tapi pertanyaannya: Siapa yang bilang? Alkitabkah?
Tidak. Sola scriptura tidak pernah dinyatakan dalam Alkitab. Itu adalah asumsi dari luar Kitab Suci. Alias: asumsi filosofis.
Dan lebih parah: itu adalah warisan dari William of Ockham, seorang nominalis abad pertengahan. Bapak pengacak-acak filsafat realisme. Orang yang percaya bahwa kata-kata tidak punya makna universal, hanya nama-nama kosong.
Nah loh. Bukankah itu... filsafat kosong?
Jadi mereka menuduh kita filsafat kosong, padahal mereka membangun seluruh struktur gereja mereka di atas... filsafat kosong dari Ockham. Ironi tingkat dewa.
π§ b. Penafsiran Pribadi: Subjektivisme Modern
“Roh Kudus menuntun saya memahami Alkitab!”
Roh Kudus? Serius? Kalau begitu kenapa hasilnya 40.000 denominasi dengan interpretasi saling bertolak belakang?
-
Ada yang percaya baptisan bayi sah, ada yang bilang sesat.
-
Ada yang percaya Yesus hadir sungguh dalam Ekaristi, ada yang bilang cuma simbol.
-
Ada yang percaya Maria dihormati, ada yang bilang Maria itu batu sandungan.
Satu Roh? Tapi beribu tafsir?
Yang sedang terjadi bukan bimbingan Roh Kudus, tapi hasil dari subjektivisme filosofis, yaitu: "Saya menafsir menurut perasaan dan pengalaman saya."
Itu bukan teologi. Itu eksistensialisme murahan ala Jean-Paul Sartre yang disemir pakai ayat-ayat Alkitab.
π₯ c. Penolakan Tradisi = Voluntarisme
Ketika Protestan menolak otoritas Magisterium dan Tradisi Suci, mereka sebenarnya mengikuti voluntarisme, yaitu ide bahwa kehendak lebih tinggi dari akal. "Saya mau percaya begini, maka itu benar!"
Tapi dalam teologi Katolik, kebenaran itu objektif. Iman itu respons terhadap kebenaran yang lebih dahulu ada. Kami tidak menciptakan iman berdasarkan kehendak sendiri.
π 4. Mereka Tuduh Kita, Padahal Cerminnya Mereka
Kolose 2:8 bukan tuduhan terhadap filsafat sejati, tetapi terhadap ideologi-ideologi kosong yang tidak berdasarkan Kristus.
Dan hari ini, yang paling dekat menggambarkan itu:
-
Bukan Thomas Aquinas,
-
Bukan Agustinus,
-
Bukan Gereja Katolik yang setia pada Tradisi dan Magisterium,
Tapi justru Protestanisme modern yang menggabungkan Alkitab dengan nominalisme, subjektivisme, dan sentimentalitas emosional.
Itulah filsafat kosong yang sebenarnya.
✅ 5. Maka Kami Akan Tetap Berpikir
Kami tidak akan meminta maaf karena memakai akal budi.
Kami tidak akan minta maaf karena berdiri dalam warisan panjang filsafat realisme, dari Aristoteles ke Agustinus, dari Thomas Aquinas ke John Henry Newman.
Kami percaya, sebagaimana dikatakan Santo Petrus:
"Hendaklah kamu siap sedia memberikan pertanggungjawaban kepada siapa pun yang meminta keterangan tentang pengharapan yang ada padamu — dengan lemah lembut dan hormat." (1 Ptr 3:15)
Memberikan pertanggungjawaban itu artinya... berpikir.
π Penutup
Jadi lain kali, kalau ada yang bilang:
“Kalian Katolik itu berfilsafat kosong!”
Jawab saja:
“Terima kasih. Setidaknya kami sadar sedang berpikir. Coba Anda periksa lagi—mungkin Anda sedang berfilsafat juga, hanya saja tidak tahu sedang berfilsafat... dan itulah jenis filsafat yang paling kosong dari semuanya.”
Terima kasih. Viva la razΓ³n. Viva la fe.
Dan seperti biasa: Viva la Iglesia CatΓ³lica.
0 komentar:
Posting Komentar