Pernahkah kamu bertanya: dari mana ajaran yang kau terima hari ini berasal? Apakah benar iman Katolik yang kita jalani sekarang masih utuh dan setia pada Kristus? Atau hanya warisan budaya turun-temurun dari orang tua? Di zaman di mana media sosial dibanjiri ajaran yang terdengar "alkitabiah", umat Katolik seringkali digoyahkan. Tak sedikit yang akhirnya ragu: apakah Gereja Katolik sungguh-sungguh masih satu dengan para rasul?
Mari kita duduk sejenak, merenungkan ini bukan dengan kemarahan, tapi dengan rasa haus akan kebenaran.
📜 Apa Itu Suksesi Apostolik?
Suksesi apostolik bukan istilah elitis. Ini bukan “teologi tinggi” yang hanya untuk imam atau teolog. Ini tentang bagaimana kasih dan kebenaran Kristus tetap hidup, nyata, dan terus mengalir sampai hari ini, dari generasi ke generasi.
Sederhananya, suksesi apostolik adalah pewarisan otoritas rohani dari para rasul kepada para uskup melalui penumpangan tangan – suatu tanda yang bukan simbol kosong, melainkan tindakan nyata Roh Kudus yang bekerja di dalam Gereja-Nya.
Yesus tidak menulis buku. Dia menunjuk manusia hidup—para rasul—dan berkata:
“Barangsiapa mendengarkan kamu, mendengarkan Aku” (Luk 10:16).
🔧 Mengapa Ini Penting?
Tanpa suksesi apostolik:
-
Siapa pun bisa bangun pagi dan mengaku "diutus Tuhan".
-
Tidak ada jaminan bahwa ajaran yang kamu dengar itu sungguh berasal dari Kristus.
-
Sakramen bisa berubah jadi simbol kosong.
-
Gereja menjadi sekumpulan pendapat pribadi, bukan tubuh yang satu.
Itulah yang sebenarnya terjadi di dunia Protestan: puluhan ribu gereja, masing-masing dengan tafsirnya sendiri, pemimpinnya sendiri, dogmanya sendiri. Dan ketika mereka menyerang Gereja Katolik, mereka bukan sedang mencari kebenaran—mereka sedang menutupi kehilangan mereka sendiri: tidak punya akar, tidak punya rantai sejarah, tidak punya suksesi.
🧭 Gereja yang Mengalir dari Kristus
Bayangkan ini: Yesus → Petrus → Linus → Klemens → … → Paus Fransiskus.
Itu bukan dongeng. Itu sejarah. Itu darah dan air yang mengalir dari lambung Kristus hingga ke sakramen yang kamu terima hari ini.
Ketika imammu berkata “Inilah Tubuh-Ku”, itu bukan karena dia hebat, tapi karena dia ditahbiskan secara sah oleh uskup yang punya garis yang tak terputus dari para rasul.
Dan para rasul ditunjuk langsung oleh Yesus.
🎯 Melawan Gelombang di Medsos
Di media sosial, kamu akan temui "pendeta dadakan", "penginjil viral", dan "influencer Alkitab" yang berseru lantang tanpa tahu sejarah. Mereka mengaku hanya mengikuti Alkitab, tapi siapa yang menyusun dan menjaga Alkitab selama 1500 tahun sebelum mereka? Siapa yang memverifikasi tafsir mereka?
Jawabannya: tidak ada. Karena mereka tidak punya suksesi.
Mereka menyebut Gereja Katolik sesat hanya karena Gereja Katolik punya sesuatu yang mereka tidak punya: garis otoritas yang sah dan tuaian sakramen yang nyata.
✝️ Refleksi Pribadi: Gerejamu Bukan Produk Algoritma
Kamu tidak percaya kepada Gereja karena pastor-mu pintar berkhotbah.
Kamu percaya karena di balik Gerejamu ada rantai suci, ada Roh Kudus yang bekerja terus menerus dalam sejarah umat manusia.
📖 “Apa yang telah engkau dengar dariku... percayakanlah kepada orang-orang lain pula” (2 Tim 2:2)
Ayat ini bukan untuk konten TikTok. Itu adalah pola pewarisan yang hidup dalam Gereja Katolik sampai hari ini.
🙏 Penutup: Bersyukurlah Karena Kamu Tidak Sendiri
Bersyukurlah karena imanmu bukan milik pribadi.
Bersyukurlah karena kamu tidak harus menebak sendiri apa kehendak Tuhan hari ini.
Bersyukurlah karena kamu memiliki imam, uskup, dan Paus yang mengemban warisan para rasul dengan rendah hati dan setia.
Dan jika ada yang berkata:
“Saya hanya ikut Yesus, bukan Gereja”,
jawablah dengan tenang:
“Tanpa Gereja yang diwariskan oleh para rasul, bagaimana kamu tahu siapa Yesus yang kamu ikuti?”