Mengenal Tritunggal Mahakudus: Suatu Renungan Kateketik dalam Terang Santo Thomas Aquinas
"Tritunggal Mahakudus bukan sekadar dogma, melainkan misteri terdalam dari hidup batin Allah sendiri. Sebuah misteri yang hanya bisa kita ketahui karena Allah sendiri yang mewahyukannya kepada kita."
1. Tritunggal: Rahasia Ilahi yang Diwahyukan
Allah itu satu, namun tidak soliter. Ia adalah persekutuan kasih yang kekal: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Kita tidak akan sampai pada kebenaran ini hanya lewat akal budi. Kita mengetahuinya karena Deus loquitur — Allah berbicara! Ia mewahyukan diri-Nya, paling sempurna dalam pribadi Yesus Kristus.
Sebagaimana diungkapkan oleh Injil Yohanes:
“Pada mulanya adalah Sang Sabda, Sabda itu bersama-sama dengan Allah, dan Sabda itu adalah Allah” (Yoh 1:1)
Dengan menerima Yesus Kristus sebagai Sabda yang menjelma menjadi manusia, kita mengenal Allah sebagai Bapa yang mengutus, Sabda yang diutus, dan Roh Kudus yang mempersatukan.
2. Pemikiran Thomas Aquinas: Prosesio dan Relasi Ilahi
Santo Thomas Aquinas, dalam Summa Theologiae, memulai pembahasan Tritunggal dengan satu pertanyaan mendasar:
“Adakah procession dalam Allah?”
Pertanyaan ini bukan tentang prosesi liturgi, melainkan tentang prosesio aeternus—pengaliran pribadi secara kekal dalam hidup Allah sendiri.
-
Putra berasal dari Bapa dalam cara yang disebut “generatio”—bukan secara jasmani, tapi secara intelektual: sebagai Sabda, sebagai Verbum aeternum, buah dari pengetahuan diri Allah.
-
Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putra dalam cara yang disebut “spiratio”—sebagai kasih yang timbul dari pengetahuan. Cinta tidak mendahului pengetahuan; kita mencintai karena kita terlebih dahulu mengenal.
Sebagaimana kata Yesus:
“Aku keluar dan datang dari Bapa” (Yoh 16:28)
3. Analoginya: Pengetahuan dan Kasih
Dalam diri kita, kita mengenal sesuatu melalui akal, dan dari pengenalan itu timbul cinta. Begitu pula dalam Allah—secara analogis:
-
Putra adalah Pengetahuan Diri Allah—Sabda.
-
Roh Kudus adalah Cinta antara Bapa dan Putra—Caritas subsistens.
Namun, berbeda dari kita, Sabda dan Kasih dalam Allah bukan hanya aktivitas, melainkan Pribadi Ilahi yang subsisten. Inilah mengapa kita berkata bahwa:
Putra adalah Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah sejati dari Allah sejati; dan Roh Kudus adalah Allah yang sama yang mengalir dari Bapa dan Putra.
4. Relasi Sejati dalam Allah
Karena adanya prosesio kekal ini, terdapat relasi sejati (relationes reales) dalam diri Allah:
-
Bapa berelasi sebagai asal mula tanpa asal.
-
Putra berelasi sebagai yang dilahirkan oleh Bapa.
-
Roh Kudus berelasi sebagai yang dihembuskan oleh Bapa dan Putra.
Relasi-relasi ini bukanlah sekadar cara berbicara manusia, tetapi benar-benar menunjuk pada keberbedaan pribadi dalam keesaan hakikat Allah.
5. Kesatuan Hakikat: Homoousios
Ketiga pribadi ini bukan tiga Allah, melainkan satu Allah. Gereja menyebutnya dengan istilah Yunani: homoousios – sehakikat.
“Segala yang ada pada Bapa, dimiliki juga oleh Putra dan Roh Kudus. Keilahian tidak dibagi, tapi dibagikan sepenuhnya.”
Sebagaimana dinyatakan dalam pengakuan iman:
“Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:10)
6. Dari Misteri ke Relasi: Berdoa kepada Tritunggal
Kita bukan hanya memikirkan Tritunggal, tapi berelasi dengan-Nya.
Kita mengenal Bapa melalui Putra dalam Roh Kudus. Kita mencintai Putra dengan kasih yang diberikan oleh Roh Kudus. Kita berseru kepada Bapa karena Roh Kudus berseru dalam hati kita, Abba!
Refleksi teologis memperdalam relasi pribadi, dan relasi pribadi mendorong kita untuk semakin mencintai misteri Tritunggal. Iman yang dipahami, fides quaerens intellectum, akan memperkaya kasih dan penyembahan kita kepada Allah Tritunggal.
Penutup: Tritunggal Bukan Masalah Logika, Tapi Rahasia Cinta
Tritunggal bukan paradoks yang harus dipecahkan, melainkan misteri kasih yang dihayati. Ia adalah Allah yang menyatakan Diri bukan sebagai kekuasaan tunggal yang dingin, tetapi sebagai communio personarum—persekutuan pribadi yang kekal.
Sebagaimana Roh Kudus mempersatukan Bapa dan Putra dalam kasih kekal, demikian pula Ia dikaruniakan kepada kita supaya kita boleh ambil bagian dalam hidup kasih Allah itu sendiri.
“Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.”
Bukan hanya rumusan baptisan, tapi juga undangan masuk dalam hidup Allah yang kekal.
0 komentar:
Posting Komentar