Pendahuluan: Pertanyaan yang Mengguncang
Mari jujur sebentar: benarkah Anda berpikir akan masuk surga begitu saja? Dengan lidah yang masih suka menyakiti, hati yang penuh kesombongan, pikiran yang kotor, dan jiwa yang masih lengket oleh iri hati? Apakah cukup berkata, “Saya percaya kepada Yesus,” lalu puff! langsung masuk ke surga tanpa proses apa pun?
Surga bukan tempat sampah VIP untuk pendosa. Surga adalah rumah Allah sendiri. Dan firman jelas berkata:
“Tanpa kekudusan, tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” (Ibr 12:14)
“Tidak ada sesuatu yang najis akan masuk ke dalamnya.” (Why 21:27)
Kalau begitu, mari kita pikirkan serius: Apakah Anda hari ini sudah 100% murni?
1. Standar Kekudusan yang Tidak Bisa Ditawar
Alkitab menyatakan bahwa kita dipanggil untuk serupa dengan Kristus (Rm 8:29). Proses keselamatan bukan sekadar deklarasi “selamat,” melainkan transformasi nyata:
-
Dibenarkan oleh kasih karunia.
-
Disucikan melalui perjalanan panjang melawan dosa.
-
Dimuliakan dalam kesempurnaan, tanpa noda, tanpa kerut (Ef 5:27).
Kalau Anda mati sekarang, apakah jiwa Anda siap melihat Allah yang Mahasuci? Jika jawabannya jujur adalah “tidak,” apa yang Allah lakukan? Apakah Ia menutup mata dan berkata: “Masuk saja, yang penting kamu percaya”? Itu bukan kasih. Itu kecerobohan ilahi—dan Allah bukan sembarangan.
2. Fakta yang Tidak Bisa Diabaikan: Jiwa Perlu Disempurnakan
Kebanyakan dari kita meninggal masih dengan dosa kecil, luka, dan keterikatan duniawi. Bukan dosa mematikan, tetapi dosa yang mengotor. Dan kalau surga adalah kesucian total, bagaimana mungkin jiwa kotor bisa betah di sana? Bahkan C.S. Lewis—teolog Protestan besar—menulis:
“Jiwaku menuntut disucikan. Tidak mungkin aku tahan berada di hadapan Allah dengan kondisi ini. Aku akan meminta agar dibersihkan terlebih dahulu, walau harus sakit.”
(Lewis, Letters to Malcolm)
Jadi, bukan sekadar “mau atau tidak mau.” Jiwa kita meminta pemurnian. Inilah logika yang sangat Protestan, bahkan sebelum kita bicara Katolik: keselamatan tanpa kesucian adalah ilusi.
3. Purgatorium: Bukan Dongeng Roma, Tapi Konsekuensi Kasih
Gereja Katolik menyebut tahap akhir pemurnian itu Purgatorium. Sayangnya, banyak orang memelintir konsep ini seakan-akan:
-
“Purgatorium itu neraka kecil.”
-
“Purgatorium menandakan salib Yesus kurang cukup.”
Semuanya karikatur murahan. Faktanya:
-
Purgatorium bukan hukuman, tapi penggenapan kasih.
-
Bukan menambah karya salib, tapi mengaplikasikan buah salib secara tuntas dalam diri kita.
-
Tujuannya? Supaya benar-benar kudus seperti Kristus, karena surga tidak bisa dicemari noda sedikit pun (Why 21:27).
Analogi sederhananya: Seorang ayah tidak membiarkan anaknya naik ke ranjang dengan pakaian berlumpur, bukan karena benci, tetapi karena cinta. Begitu juga Allah: Ia mencuci kita bersih sebelum memeluk kita selamanya.
4. Bukti Alkitabiah: Ada Api, Ada Pemurnian
-
1 Korintus 3:15:
“Ia akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
Ini bukan neraka (karena tetap diselamatkan), melainkan api pemurnian. -
Matius 12:32:
“Ada dosa yang tidak diampuni di dunia ini maupun di dunia yang akan datang.”
Kalau ada yang tidak diampuni di dunia yang akan datang, logikanya: ada yang diampuni di sana. -
Filipi 1:6:
“Ia yang memulai pekerjaan yang baik akan menyelesaikannya.”
Jika tidak selesai di dunia, Allah menyelesaikannya setelah kematian. -
1 Yohanes 5:16-17:
Ada dosa yang tidak membawa maut.
Artinya, bisa ditebus setelah kematian, bukan di neraka, karena neraka tidak mengenal pengampunan.
5. Kesimpulan: Kasih yang Membakar, Bukan Menghukum
Purgatorium adalah hospital kasih, bukan neraka bertahap. Ini adalah api Allah yang membersihkan emas dari kotoran, bukan api murka. Heb 12:29:
“Allah kita adalah api yang menghanguskan.”
Bukan untuk membinasakan anak-Nya, tapi untuk menyempurnakan mereka.
Jika Anda menolak purgatorium, konsekuensinya jelas:
-
Anda menganggap kekudusan tidak wajib.
-
Anda menuduh Allah ceroboh, karena membiarkan jiwa kotor masuk surga.
Dan itu bukan Injil. Itu mediokritas rohani dengan parfum Protestan abad ke-21.
Penutup
Jadi, apakah Anda siap masuk surga begitu saja? Kalau jujur, kita semua butuh pemurnian. Dan itu bukan tanda kurangnya kasih karunia, melainkan puncaknya. Purgatorium bukan masalah keadilan, tapi ekspresi terakhir kasih Allah.
“Sebab Allah tidak menyerah sampai kita benar-benar serupa dengan Anak-Nya.”
(Rm 8:29)
🔥 Call to Action:
Berhenti memperdebatkan apakah purgatorium “ada” atau “tidak ada.” Tanyakan dulu: Apakah saya siap masuk surga hari ini? Kalau jawabannya tidak, maka Anda baru saja mengakui: Anda butuh purgatorium.