LGZdNWF7LWRaNat9MGJ9NaVcN6MkyCYhADAsx6J=

MASIGNCLEANLITE104

Kenapa Protestan Mati-Matian Membela Sola Fide yang Tidak Ada dalam Alkitab?

 

Pertanyaan yang Menggugat

Pertanyaan ini menyentuh inti Reformasi Protestan: mengapa doktrin sola fide (hanya iman) dipertahankan mati-matian oleh gereja-gereja Protestan padahal istilah dan ajaran eksplisit ini tidak pernah muncul dalam Kitab Suci? Bahkan, satu-satunya teks yang menggunakan frasa “iman saja” justru menyangkalnya (Yakobus 2:24).

Dalam tulisan ini, kita akan menganalisis akar sejarah, basis biblis, dan alasan teologis yang membuat Protestan tetap berpegang pada doktrin ini. Lebih jauh, kita akan menunjukkan bagaimana inkonsistensi internal ini meruntuhkan klaim sola Scriptura yang menjadi pondasi mereka.


1. Akar Historis: Identitas yang Tidak Bisa Dilepaskan

Bagi Martin Luther, sola fide adalah jantung Reformasi. Ia menyebutnya articulus stantis et cadentis ecclesiae – artikel yang menentukan berdiri atau jatuhnya Gereja. Dengan kata lain, tanpa doktrin ini, narasi Reformasi kehilangan daya pembeda dari Katolik.

Reformasi abad ke-16 lahir bukan sekadar karena perbedaan tafsir Kitab Suci, tetapi juga sebagai gerakan perlawanan terhadap otoritas Gereja Katolik. Doktrin sola fide menjadi bendera identitas yang menegaskan: “Kami tidak diselamatkan oleh hukum atau perbuatan, tetapi oleh iman kepada Kristus saja.”

Masalahnya: ketika doktrin ini dilepaskan, runtuhlah fondasi ideologis Reformasi. Maka tidak mengherankan jika Protestan modern pun mati-matian mempertahankannya meskipun basis biblisnya rapuh.


2. Realitas Biblis: Di Mana “Iman Saja” dalam Alkitab?

Salah satu slogan Reformasi adalah sola Scriptura: hanya Kitab Suci menjadi otoritas tertinggi. Namun, bagaimana jika doktrin yang mereka bela justru tidak diajarkan secara eksplisit dalam Kitab Suci?

2.1 Yakobus 2:24 – Bukti Eksplisit yang Menggugurkan

Satu-satunya ayat yang memuat frasa “iman saja” adalah Yakobus 2:24:

“Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan bukan hanya oleh iman.”

Alih-alih mendukung, teks ini secara eksplisit menyangkal doktrin sola fide.

2.2 Yesus Tidak Mengatakan “Cukup Percaya”

Yesus tidak pernah mengajarkan keselamatan melalui iman yang steril dari tindakan. Ia berkata:

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku ‘Tuhan, Tuhan’ akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku” (Mat 7:21).

Jika keselamatan adalah soal “iman saja”, mengapa Yesus mengaitkannya dengan ketaatan?

2.3 Paulus Tidak Mengajarkan Iman Kosong

Sering kali, Protestan mengutip Roma 3:28:

“Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”

Namun, ayat ini berbicara tentang hukum Taurat, bukan menolak pentingnya perbuatan kasih. Paulus sendiri menulis:

“Sebab yang penting ialah iman yang bekerja oleh kasih” (Gal 5:6).

Dengan kata lain, iman sejati selalu berbuah dalam kasih, bukan iman steril yang berdiri sendiri.


3. Ironi Luther: Kata “Saja” yang Tidak Pernah Ada

Fakta yang jarang diakui: Martin Luther menambahkan kata “saja” dalam terjemahan Roma 3:28 ke bahasa Jerman:

“...allein durch den Glauben” (oleh iman saja).

Kata “allein” tidak ada dalam teks Yunani. Ironis, karena gerakan yang mengklaim “hanya Kitab Suci” justru mendasarkan doktrin kuncinya pada kata tambahan manusia.

Ini menimbulkan pertanyaan serius: jika sola Scriptura adalah prinsip utama, mengapa doktrin yang lahir dari kata yang tidak ada di Kitab Suci menjadi pusat iman mereka?


4. Mengapa Mereka Tetap Mempertahankannya?

Jika bukti biblis tidak mendukung, mengapa Protestan tetap memegang teguh sola fide? Ada beberapa alasan:

  1. Faktor identitas historis
    Tanpa doktrin ini, Reformasi kehilangan pembeda utama dari Katolik.

  2. Kepastian keselamatan
    Sola fide memberi ilusi “jaminan keselamatan instan”: cukup percaya, Anda diselamatkan. Ini menarik secara psikologis karena meniadakan “beban moral” ketaatan.

  3. Retorika anti-Katolik
    Dengan menuduh Katolik “menambahkan perbuatan”, mereka menciptakan narasi bahwa Katolik mengajarkan “keselamatan karena usaha manusia”, padahal Gereja Katolik mengajarkan keselamatan oleh rahmat Allah yang diterima melalui iman dan diwujudkan dalam kasih.


5. Dampak Inkonsistensi: Krisis Sola Scriptura

Doktrin sola fide justru membuka borok terbesar Protestan: mereka menolak Tradisi, tetapi menerima doktrin yang lahir dari interpretasi subjektif dan bahkan penambahan kata pada Kitab Suci.

Jika mereka konsisten dengan prinsip sola Scriptura, seharusnya mereka menolak sola fide karena:

  • Tidak pernah diajarkan eksplisit dalam teks Alkitab.

  • Disangkal oleh Yakobus 2:24.

  • Berdiri di atas terjemahan yang dimodifikasi.


Kesimpulan: Sebuah Tantangan untuk Kejujuran Teologis

Protestan membela sola fide bukan karena Alkitab mengajarkannya, melainkan karena:

  • Ia adalah simbol ideologis Reformasi.

  • Ia memberi rasa aman psikologis yang semu.

  • Ia membedakan mereka dari Gereja Katolik.

Namun, jika seseorang sungguh memegang sola Scriptura, harus berani jujur bahwa:

  • Doktrin ini tidak pernah diajarkan Yesus maupun para rasul.

  • Satu-satunya ayat yang menyebut “iman saja” justru menolaknya.


Pertanyaan Reflektif

Apakah Anda percaya pada doktrin karena Alkitab mengajarkannya, atau karena tradisi Reformasi mengajarkannya? Jika konsisten dengan sola Scriptura, beranikah Anda menanggalkan sola fide?


Call-to-Action:
Mari kembali ke iman Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik—iman yang diajarkan oleh Kristus dan para rasul, bukan oleh slogan abad ke-16.

“Iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak 2:26).

Share This Article :
9000568233845443113